Malam 1 Suro Kapan? Berikut Tradisi Unik Mubeng Beteng Yogyakarta dan Tradisi Babad Cirebon

- 17 Juli 2023, 14:46 WIB
Berikut penjelasan tentang 1 Suro dan tradisi unik yang ada.
Berikut penjelasan tentang 1 Suro dan tradisi unik yang ada. /Pixabay.com/giani

PR DEPOK - Melansir dari kemenag.go.id Tradisi Suro merupakan Perwujudan Implementasi Kerukunan. Tradisi Suro merupakan tradisi turun-temurun masyarakat suku jawa yang masih berpegang pada tradisi para leluhur.

Kata "Suro" merupakan salah satu nama bulan dalam tahun Saka. Satu Suro merupakan peringatan tahun baru dalam agama buddha.

Perayaan 1 Suro, merupakan perayaan yang dianggap sakral oleh masyarakat jawa. Mereka menghindari hal-hal besar yang menyangkut kehidupan mereka.

Baca Juga: 4 Nasi Minyak Termantap di Palembang, Berikut Alamatnya

Dalam penanggalan jawa, terdiri dari 12 bulan. yang mana, Suro merupakan bulan pertama dari kalender jawa, diikuti dengan bulan sapar, mulud, bakda mulud, jumadilawal, jumadilakir, rejeb, ruwah, pasa, syawal, sela dan besar.

Jika dilihat dari penanggalan islam, 1 Suro bertepatan juga dengan 1 Muharram 1445 Hijriyah, yang merupakan Perayaan Tahun Baru dalam islam.

Kapan malam 1 Suro?

Baca Juga: Ramai Pengunjung 4 Tempat Soto di Lowokwaru Rasa Nikmat Gurih

Penetapan Malam 1 Suro jatuh pada hari Selasa, 18 Juli 2023. Itu berarti 1 Suro jatuh pada hari Rabu, 19 Juli 2023.

Tradisi malam 1 Suro

Tradisi yang dilakukan pada malam 1 Suro berbeda-beda di setiap wilayah. Dilansir dari www.kraton jogja.id tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta.

Baca Juga: 4 Nasi Uduk Terenak di Palembang, Cek Alamat, Jam Buka, dan Ratingnya

Di sana perayaan 1 Suro ditandai dengan Tradisi Lampah Mubeng Beteng yakni mengelilingi benteng keraton Yogyakarta.

Prosesi tersebut dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi benteng keraton dengan tapa bisu atau tanpa bicara sebagai sarana introspeksi diri.

Karena adanya Pandemi Covid-19 pada tahun sebelumnya, Mubeng Beteng di Yogyakarta telah ditiadakan. kendati demikian, sebagai gantinya Abdi Dalem Keraton Yogyakarta menyelenggarakan doa bersama (Umbul Donga) dan pembacaan macapat.

Baca Juga: Korban Banjir dan Longsor di Korea Selatan Bertambah, 40 Orang Tewas dan 9 Lainnya Hilang

Seraya memohon kepada yang Mahakuasa agar setahun kedepan berjalan lancar.

Lain halnya, dengan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Cirebon dan sejumlah wilayah di sekitarnya.

Mengutip dari dprd.cirebonkota.go.id selain membuat bubur Suro yang terbuat dari beras, biji-bijian dan umbi-umbian sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi terhadap sesama, salah satu dari tradisi unik yang dilakukan disana adalah pembacaan Babad Cirebon, yakni mengenang sejarah asal muasal terbentuknya cirebon.

Baca Juga: Aktris, Penyanyi, dan Ikon Mode Jane Birkin Meninggal Dunia, Ketahui Kisahnya Jadi Inspirasi Tas Hermès Birkin

Tradisi pembacaan Babad Cirebon dilakukam setiap Hari Jadi Kota Cirebon pada 1 Muharram. Seperti pada Tahun 2019, pembacaan Babad Cirebon mewarnai rangkaian Hari Jadi ke-650 kota Cirebon di keraton kanoman.

Tradisi tersebut berlangsung di Bangsal Witana yang merupakan lokasi pertama pangeran Cakra Buana mendirikan bangunan saat membuka pemukiman yang kini dikenal Cirebon.

Anggota DPRD Kota Cirebon, Tunggal Dewanto mengatakan dalam kesempatan tersebut mengaku bahwa baru pertama kali medengarkan langsung Babad Cirebon.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Capricorn, Aquarius, dan Pisces Selasa, 18 Juli 2023: Hindari Pengeluaran yang Berlebihan!

"Selama saya tinggal di cirebon, ini baru pertama mendengar dan tahu asal muasal tentang terbentuknya cirebon, pengalaman yang istimewa,"ungakapnya

Merasakan pengalaman tersebut, dirinya menyebut suatu saat bisa membuat Peraturan Daerah tentang Babad Cirebon yang masuk dalam muatan lokal dalam pelajaran sekolah.

"Agar generasi muda kita tau dan memahami Babad Cirebon dan meneladani ajaran-ajaran leluhur di kehidupan sehari-hari,"katanya.

Baca Juga: 6 Bakso Terenak dan Memiliki Rating Tinggi di Godean, Yogyakarta

Mitos dalam perayaan malam 1 Suro

Adapun mitos yang berkembang di masyarakat, ketika masuk malam 1 Suro adalah selain membawa berkah, ternyata malam 1 Suro sering dikaitkan dengan mitos kesialan.

Mitos yang berkembang di masyarakat, tidak diperbolehkan untuk keluar rumah, karena konon katanya, banyak aura negatif yang keluar pada malam tersebut, yang dapat membahayakan manusia.

Baca Juga: Budi Arie Setiadi Resmi Dilantik sebagai Menkominfo, Presiden Jokowi Imbau Hal Ini

Sebab masyarakat percaya, bahwa pada malam 1 Suro, banyak lelembut muncul ke dimensi manusia. Kendati demikian, mitos tersebut belum terbukti kebenarannya.

Demikian PikiranRakyat-Depok.com merangkum dari berbagai sumber mengenai penetapan dan tradisi satu Suro di sebagian wilayah***

Editor: Dini Novianti Rahayu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah