PR DEPOK – Menteri Perindustrian (Menperin) RI Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong penggunaan teknologi pada industri batik, guna produk-produk yang dihasilkan warisan budaya dapat semakin berdaya saing.
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara, Jumat 2 Oktober 2020, Agus mengatakan bahwa setiap perkembangan teknologi selalu menjanjikan kemudahan, efisiensi, dan peningkatan produktivitas.
“Teknologi telah merambah berbagai bidang dan berhasil mengubah perilaku manusia dalam menyikapi pembuatan produk walaupun itu produk yang berbasis keterampilan seperti batik,” ucapnya.
Baca Juga: Usai Donald Trump Dinyatakan Positif Covid-19, Pasar Global Dilaporkan Turun Drastis
Ia menambahkan, jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang besar, kini sudah dapat digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis.
Saat meresmikan Rangkaian Peringatan Hari Batik 2020 secara vitual di Jakarta, Agus menyampaikan bahwa batik merupakan salah satu sektor prioritas dalam perekonomian nasional.
“Batik yang merupakan bagian dari industri tekstil dan busana, menjadi salah satu sektor prioritas dalam implementasi Peta Jalan Making Indonesia 4.0,” ucapnya.
Ia juga mengatakan bahwa beberapa negara bahkan telah menggunakan teknologi dalam memproduksi batik secara masif.
Baca Juga: Diduga Simpan Uang Rp100 Juta di Rekening, Cleaning Service Kejagung Diperiksa Bareskrim Polri
Hal ini mengakibatkan banyaknya produk batik luar negeri yang memadati pasar-pasar dunia, termasuk pasar Indonesia.
“Ini sangat disayangkan, bagian destruktif dari industri yang harus kita cermati,” ujar mantan Menter Sosial (Mensos) tersebut.
Saat ini Kemenperin telah mengembangkan aplikasi Batik Analyzer untuk membedakan produk batik asli dengan prpduksi hasil tiruan.
Nantinya, Batik Analyzer akan menjadi suatu aplikasi yang dapat diinstal pada mobile phone berbasis Android dan iOS yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi Artificial Intelegence (AI).
Baca Juga: Buruh Rencanakan Mogok Nasional Protes RUU Cipta Kerja, Gatot Nurmantyo: KAMI Mendukung
Walaupun saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid-19, bukan berarti daya produktivitas dan kreativitas berhenti.
“Industri batik diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan. Tentu dengan cara berpikir kreatif dan inovatif melalui pemanfaatan teknologi dan sumber daya yang ada,” kata Agus.***