Baca Juga: 7 Tempat Makan Gudeg Paling Nikmat dan Khas di Magelang, Catat Alamat Lengkapnya di Sini
Namun, semuanya berubah setelah Dick Knight mengambil kendali penuh Brighton dari pemilik sebelumnya Greg Stanley dan ketua Bill Archer hanya dengan 100 juta euro.
Kesedihan Brighton benar-benar berakhir pada tahun 2009 saat klub diambilalih oleh pengusaha lokal dan raja taruhan olahraga, Tony Bloom.
Investasi baru yang dibutuhkan berhasil mewujudkan rencana pembangunan stadion baru di Falmer, di tepi Taman Nasional South Downs.
Brighton perlahan meraih kesuksesan di bawah asuhan legenda Uruguay Gus Poyet untuk mendapatkan promosi ke Championship pada 2010-11. Setelah beberapa tahun, Brighton kembali di papan atas untuk pertama kalinya dalam 34 tahun di bawah Chris Hughton pada 2016-2017. Sejak itu, departemen rekrutmen pemain klub, dan kemampuan mereka untuk melihat potensi di wilayah yang secara tradisional diabaikan dan diremehkan di dunia, telah membedakan mereka dari para pesaingnya.
Baca Juga: 15 Kapal Luar Angkasa Terbaik yang Bisa Didapatkan di Game Starfield, Ada Murasame
Brighton Optimis di Europa League
Para pendukung klub sangat menekankan bahwa mereka tidak boleh terlalu terburu-buru saat melakukan debut perdananya di Europa League pada pekan ini.
“Saya pikir dari sudut pandang fans tidak akan ada tekanan sama sekali. Semua orang mengharapkan kami lolos grup, tapi skenario terburuknya, finis ketiga, dan lolos ke Liga Konferensi Eropa,” ujar seorang penggemar.
Di bawah De Zerbi musim ini, Brighton banyak berubah. Pelatih asal Italia banyak meningkatkan kualitas tim. Bahkan Bloom mengaku kaget dengan pengaruh De Zerbi.
Baca Juga: Biar Nggak Nyesel! Ini 5 Kedai Mie Ayam di Pemalang Paling Enak dan Nikmat yang Wajib Dicoba