Itu berarti bahwa katalog planet hanya mewakili sebagian kecil dari planet-planet yang sebenarnya mengorbit di sekitar bintang-bintang yang dicari.
Baca Juga: John Bolton Sebut Donald Trump Minta Bantuan Tiongkok untuk Menangi Pilpres Tahun Ini
Kunimoto menggunakan teknik yang dikenal sebagai 'pemodelan ke depan' untuk mengatasi tantangan ini.
"Saya mulai dengan mensimulasikan populasi penuh planet ekstrasurya di sekitar bintang yang dicari Kepler," imbuhnya.
"Saya menandai setiap planet sebagai 'terdeteksi' atau 'terlewatkan' tergantung pada seberapa mungkin algoritma pencarian planet saya akan menemukannya. Kemudian, saya membandingkan planet yang terdeteksi dengan katalog planet yang sebenarnya. Jika simulasi menghasilkan kecocokan yang dekat, maka populasi awal kemungkinan merupakan representasi yang baik dari populasi sebenarnya planet yang mengorbit bintang-bintang itu," tuturnya.
Baca Juga: Presiden Honduras Dinyatakan Positif Virus Corona Berserta Istri dan Dua Pembantunya
Penelitian Kunimoto juga menjelaskan lebih lanjut tentang salah satu pertanyaan paling menonjol dalam sains planet ekstrasurya saat ini: 'celah jari-jari' planet.
Celah jari-jari menunjukkan bahwa, tidak lazim bagi planet dengan periode orbit kurang dari 100 hari untuk memiliki ukuran antara 1,5 dan dua kali ukuran Bumi.
Dia menemukan bahwa celah jari-jari ada pada rentang periode orbit yang jauh lebih sempit daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Baca Juga: 20 Tahun Jadi Supeltas, Penyandang Disabilitas Ini Dapat Penghargaan