Kemenperin Akselerasi Pengembangan Industri Game dengan Mengembangkan Ekosistemnya

4 Agustus 2021, 21:00 WIB
Pemerintah mendorong pengembangan industri game (gim) nasional lantaran peluang pasarnya cukup besar ./Pixabay/ITECHirfan) /

PR DEPOK – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengakselerasi pengembangan industri game dalam negeri agar bisa memiliki daya saing di mancanegara. Langkah strategis ini perlu didukung dengan ekosistem industri yang baik dengan menguatkan rantai nilai (value chain) dan pengoptimalan potensi yang ada di tanah air.

“Dengan memperhatikan rantai nilai industri, akan menghasilkan sebuah ekosistem yang terintegrasi dan menyeluruh,” ungkap Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Infopublik, Selasa, 3 Agustus 2021 kemarin.

Dirjen ILMATE menuturkan bahwa pihaknya sudah melakukan upaya penguatan rantai nilai di industri konten yang mengajak sejumlah sektor pendukung, di antaranya industri komik, animasi, film, game, musik, dan mainan.

Baca Juga: Ungkap Kebiasaan Buruk, Boy William Mengaku Sering Kentut:Gue Sering Kentut dan Gue Suka Nyium Kentut Gue

Kemenperin juga begitu proaktif untuk menjalin koordinasi dengan kementerian terkait, BUMN, dan pihak swasta.

“Dalam membangun ekosistem industri konten yang baik, dibutuhkan kolaborasi dan interaksi antar-sektor,” jelas Dirjen ILMATE Taufiek.

“Industri berbasis Intellectual Property (IP) dapat saling berkolaborasi dalam pengembangan produk dan IP dengan dukungan investasi baik dari pihak pemerintah maupun swasta,” sambungnya.

Taufiek pun optimis hadirnya ekosistem industri konten yang baik seperti industri games yang juga jadi komponen pendukung di dalamnya akan tumbuh dan berkembang dengan baik.

“Apalagi, ada beberapa potensi yang dimiliki oleh Indonesia,” ucapnya.

Jika mengacu pada data yang didapatkan Newzoo pada 2016 sampai 2019, revenue industri game di Indonesia secara berkesinambungan mengalami peningkatan yang signifikan.

Baca Juga: 6 Daftar Drama Korea yang Tayang Perdana Agustus 2021 Ini, Ada Police University hingga The Second Husband

Pada 2019, Indonesia meraih pendapatan sebesar 1,084 miliar AS atau setara dengan Rp15,5 triliun dari industri gaming dan eSports.

“Dengan capaian tersebut, saat ini Indonesia merupakan pasar industri game terbesar di Asia Tenggara dan menduduki peringkat ke-17 dunia. Tercatat pula terdapat 52 juta penduduk Indonesia yang merupakan gamer,” terang Taufiek.

Taufiek kemudian menyebutkan bahwa potensi pasar yang begitu bagus di Indonesia membuat pihaknya terus mengajak pengembang game dalam negeri untuk memaksimalkan peluang yang tersedia saat ini.

“Sebab, di 2020, pasar game Indonesia baru dikuasai oleh industri lokal senilai 0,4 persen. Artinya, masih tinggi untuk peluang berusaha bagi para pengembang game dalam negeri,” jelasnya.

Ia menyambung bahwa di tahun 2016, perangkat yang paling disukai untuk bermain game masih dikuasai oleh komputer baik desktop ataupun laptop, tetapi tren tersebut kini mulai bergeser.

Baca Juga: Sebut Opsisi Saat Ini Lucu-lucu, Ferdinand Hutahaean: Maunya Ngatur Penguasa

“ren gamer di Indonesia yang menggunakan komputer sebagai perangkat permainannya mengalami penurunan, dari 39,2 persen 2017 menjadi 35,4 persen pada 2018. Sedangkan gamer yang menggunakan smartphone sebagai perangkatnya terus naik, dari 29,9 persen 2017 menjadi 33,5 persen di 2018,” sambungnya.

Taufiek menilai tren penggunaan smartphone akan terus merangkak naik. Jik melihat survei dari Hootsuite pada 2019, ada 85 persen pengguna smartphone yang bermain game di perangkatnya.

“Saat ini di Indonesia sendiri, pangsa pasar smartphone berbasis Android masih mendominasi apabila dibandingkan dengan smartphone yang berbasis IoS. Adapun merk smartphone yang selama tiga tahun terakhir ini menjadi penguasa pasar Indonesia adalah Oppo, Vivo, Samsung dan Xiaomi,” tutupnya.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: infopublik

Tags

Terkini

Terpopuler