Dedi Mulyadi berpikir, bahwa bapak tersebut seolah menjadikan sakit yang dialaminya menjadi komoditi untuk dijual agar menimbulkan empati.
“Itu yang membuat saya marah. Kok satu keluarga ini lebih seneng mengeksploitasi bapaknya ini yang penyandang disabilitas dibanding bekerja. Padahal anaknya relatif sehat-sehat, dan cucunya juga jajan setiap hari,” ujarnya.***