7 Fakta Soal Mengampuni Kesalahan, Emosi Membuatnya Lebih Sulit

23 Juni 2023, 16:35 WIB
Ilustrasi - Berikut ini merupakan fakta soal mengampuni kesalahan, yang salah satunya adalah emosi membuat pengampunan lebih sulit. /Pixabay.com/Takmeomeo

PR DEPOK - Mengampuni tidak pernah mudah, dan melupakan bahkan lebih sulit. Namun, ketidakmampuan untuk mengampuni dapat merusak hubungan, menguras energi, dan membangun tembok emosional yang tidak sehat di sekitar kita.

Mengampuni dengan tulus menenangkan pikiran dan jiwa, membangun jembatan, dan membantu kita melangkah maju secara emosional dengan cara yang sehat.

Banyak orang memiliki pemahaman yang sedikit keliru tentang arti sebenarnya dari pengampunan, itulah sebabnya sebagai peneliti dalam ilmu cinta dan tarikan, kami bertekad untuk memperbaiki hal tersebut.

Berikut adalah 7 kebenaran yang terbukti tentang pengampunan yang telah dikutip PikiranRakyat-Depok.com, diantaranya:

Baca Juga: Dana Bansos BPNT Tahap 3 Mei-Juni Rp400.000 Cair Lewat Bank Ini, Cek ATM Segera

1. Mengampuni baik untuk diri sendiri

Penelitian menunjukkan bahwa perasaan kebencian menyebabkan peningkatan hormon stres yang dikenal sebagai kortisol. Seiring berjalannya waktu, tekanan darah bisa meningkat dan jantung kita menjadi lebih stres.

Masalah hubungan yang tidak terselesaikan juga dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang berkepanjangan, meningkatkan risiko kecemasan dan depresi, serta membuat sulit bagi kita untuk membangun hubungan baru yang sehat.

Baca Juga: Penumpang Kapal Titan Dikonfirmasi Meninggal Dunia, Ini Penjelasannya

2. Mengampuni bukan berarti setuju

Beberapa orang enggan mengampuni karena mereka percaya bahwa mengampuni adalah tanda persetujuan terhadap perilaku orang lain. Namun, ini adalah pemahaman yang salah. Jika kita setuju dengan perilaku tersebut, maka tidak akan ada alasan bagi kita untuk mengampuni.

Sebaliknya, mengampuni berarti kita mengakui bahwa orang lain berperilaku buruk, tetapi perilaku tersebut berada di luar kendali kita. Ini membebaskan kita dari bahaya berulang dan mengembalikan tanggung jawab atas perilaku tersebut kepada orang yang melakukannya.

Baca Juga: Elon Musk Tantang Mark Zuckerberg untuk Bertarung, Ada Apa?

3. Kurangnya pengampunan merusak kepercayaan

Jika kita berniat untuk melanjutkan hubungan dengan orang yang telah melukai perasaan kita, maka pengampunan mutlak diperlukan agar kita bisa melangkah maju.

Terus menyimpan dendam mencegah kita untuk sepenuhnya percaya kepada orang lain, dan menumbuhkan benih ketidakpuasan yang dapat tumbuh dan menyebar dengan cepat.

Seiring berjalannya waktu, orang yang tidak kita ampuni mungkin mulai tidak percaya kepada kita juga, berdasarkan ketidakmauan kita untuk membiarkan semuanya pergi.

Baca Juga: Kuliner Seru Bareng Keluarga! Simak 5 Destinasi Tempat Makan di Bandung yang Harus Dicoba

4. Konteks merupakan faktor penting

Ketika kita merasa disakiti, manusia memiliki kecenderungan alami untuk mengambilnya secara pribadi dan percaya bahwa orang lain bermaksud menyakiti kita.

Namun, hanya sedikit orang yang dengan sengaja melanjutkan untuk menyakiti orang lain. Sebaliknya, tindakan seseorang mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kelelahan, ketakutan, hingga trauma masa kecil.

Memahami bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tidak bermaksud untuk membenarkan perilaku tersebut, tetapi dapat memudahkan kita untuk bersikap toleran.

Kita semua pernah mengalami momen di mana dunia terasa kacau, dan semua orang kadang-kadang bereaksi buruk terhadap situasi. Kesadaran ini dapat membantu kita melihat orang lain dengan cara yang lebih manusiawi, lebih rentan, dan lebih mudah untuk dimaafkan.

Baca Juga: Kemenag akan Bekukan Izin Al Zaytun Jika Terbukti Sesat

5. Emosi membuat pengampunan lebih sulit

Jika kita masih terjebak dalam perasaan terluka, marah, dan sedih saat ini, sangat sulit bagi kita untuk mengampuni. Fokuslah untuk menghadapi emosi kita dan mencapai penerimaan sebelum kita benar-benar mencoba untuk mengampuni.

6. Pengampunan adalah proses internal dan tidak memerlukan permintaan maaf

Banyak orang percaya bahwa pengampunan tidak mungkin terjadi kecuali orang lain meminta maaf. Namun, ini berarti kita tidak akan pernah bisa mengampuni seseorang yang sudah meninggal atau yang hanya pergi tanpa alamat yang dapat dihubungi. Untungnya, hal ini tidak benar.

Baca Juga: 9 Bakso Paling Favorit dan Selalu Ramai Pengunjung di Cirebon, Simak dan Catat Alamatnya

Pengampunan adalah proses internal di mana kita memilih untuk melepaskan, memilih untuk tidak membiarkan luka masa lalu terus menyakiti kita. Hal ini dapat dilakukan sepenuhnya tanpa keterlibatan orang lain.

Permintaan maaf dan pengampunan pada akhirnya adalah perilaku sosial yang membantu memastikan kedua belah pihak bertemu titik temu, dan tentunya penting jika hubungan ingin berlanjut. Namun, jika kita tidak memiliki hubungan yang ada dengan orang lain, kita masih bisa mengampuni mereka sendirian.

7. Mengampuni diri sendiri sama pentingnya dengan mengampuni orang lain

Baca Juga: Menhub Pastikan KCJB akan Beroperasi Paling Lambat 1 Oktober 2023

Banyak orang dengan cepat mengampuni orang lain, tetapi sangat lambat dalam mengampuni diri mereka sendiri. Jika kita terus berbicara dalam monolog batin yang menyalahkan diri sendiri dan tidak memberikan ruang untuk pengampunan, kita bisa dengan mudah merasa cemas, depresi, dan lelah.

Sangat penting untuk kesehatan mental kita belajar menerima diri kita secara keseluruhan, manusia yang memiliki kelemahan, dan belajar untuk mengampuni diri sendiri atas kesalahan yang kita buat.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Asiacue

Tags

Terkini

Terpopuler