Kelezatan dan Sejarah Mie Lethek, Kuliner Khas Bantul yang Menghidupkan Warisan dan Kebersamaan

25 Januari 2024, 18:10 WIB
Mie Lethek. /Dok. Pikiran Rakyat/

PR DEPOK - Mie lethek, kuliner khas dari Bantul, telah melalui perjalanan panjang yang tidak hanya mengusung cita rasa lezat tetapi juga membawa sejarah dan kebersamaan bagi masyarakat setempat.

Dalam laporan ini, kita akan menjelajahi asal-usul, perkembangan, dan dampak sosial dari Mie Lethek Garuda, salah satu pabrik mie lethek terkemuka di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Asal-usul Mie Lethek: Tradisi yang Diwarisi

Mie lethek, yang secara harfiah berarti 'mie kotor', mempunyai akar sejarah yang dalam di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Warung Bakso Enak di Karawang ini Banyak Pengunjung, Cek Lokasinya

Penamaan unik ini merujuk pada penampilan mie yang tidak secerah mie kering pada umumnya. Dibuat dari campuran tepung tapioka dan gaplek, mie lethek memiliki warna kecoklatan yang mencirikan keasliannya.

Proses pembuatannya yang masih menggunakan sapi sebagai tenaga penggerak gilingan menghadirkan nuansa tradisional yang membedakannya dari mie modern.

Pabrik Mie Lethek Garuda, yang berdiri sejak tahun 1940-an, menjadi saksi bisu perjalanan simbah Umar dari Timur Tengah.

Baca Juga: 8 Rumah Makan Sunda Terkenal di Bandung yang Enak, Cek Lokasi Lengkapnya di SIni!

Awalnya datang dengan misi dakwah, Umar Bisyir mendirikan pabrik ini dengan tujuan lebih dari sekadar bisnis. Pabrik ini tidak hanya menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya.

Perkembangan dan Kepemimpinan Berlanjut

Meskipun mengalami beberapa periode tidak aktif pada tahun 1982-2002, pabrik ini mengalami revitalisasi di bawah kepemimpinan generasi ketiga, Yasir Feri Ismatrada (Feri). Feri berhasil mempertahankan keaslian proses produksi dengan tetap menggunakan peralatan tradisional, seperti selinder dan pres, yang sebagian besar ditenagai oleh sapi.

Pada tahun 2002, pabrik ini kembali beroperasi dengan semangat baru. Meskipun bersaing dengan tren mie instan yang marak, Mie Lethek Garuda tetap setia pada resep warisan nenek moyang, menciptakan mie yang alami tanpa bahan kimia.

Baca Juga: Apakah Urine Bau Tidak Sedap Gejala Awal Kanker? Berikut Penjelasannya

Dampak Sosial dan Budaya Mie Lethek

Mie Lethek Garuda tidak hanya menjadi produk kuliner tetapi juga fenomena sosial dan budaya yang signifikan di Bantul. Keberadaannya membuka lapangan pekerjaan bagi berbagai kalangan masyarakat, termasuk lansia, anak muda, ibu-ibu, dan bapak-bapak di Dusun Bendo.

Pabrik ini tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan tetapi juga membangun kebersamaan dan kegotongroyongan di antara masyarakat setempat.

Sistem kerja yang kekeluargaan memperkuat ikatan antarpekerja, menciptakan interaksi intens dalam setiap tahapan produksi dan pemasaran Mie Lethek. Keberadaan warung-warung penjaja Mie Lethek juga memberikan dampak positif pada perekonomian lokal dan memberdayakan ekosistem bisnis mikro di sekitarnya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cancer Besok, 26 Januari 2024: Energi Kuat Hadir, Tak Ada yang Bisa Menghentikan Langkahmu

Mie Lethek Sebagai Identitas dan Pemersatu Komunitas

Mie Lethek tidak hanya menjadi makanan lezat tetapi juga menjadi bagian dari identitas Dusun Bendo.

Istilah "orang Bendo" mulai dikenal untuk mereka yang memiliki ketrampilan membuat Mie Lethek, menciptakan semangat belajar dan memotivasi generasi muda untuk mempertahankan tradisi ini.

Dengan cara ini, Mie Lethek tidak hanya sebuah produk kuliner, tetapi juga simbol keberlanjutan dan kebanggaan bagi masyarakat Bantul.

Baca Juga: 9 Bakso Viral Enak di Indramayu, Dagingnya Terasa dan Ukurannya Jumbo Nikmat di Mulut!

Prospek Mie Lethek Garuda di Masa Depan

Meskipun Mie Lethek Garuda saat ini hanya dipasarkan di pasar tradisional di sekitar Yogyakarta, potensinya untuk berkembang lebih jauh sangat besar. Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap makanan alami dan tradisional, Mie Lethek Garuda dapat menjadi ikon kuliner yang diakui secara luas.

Pada akhirnya, Mie Lethek Garuda bukan hanya tentang cita rasa lezat, tetapi juga tentang kebersamaan, identitas, dan keberlanjutan warisan budaya.

Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Bantul, Mie Lethek terus membawa makna yang mendalam, menjadikannya sebuah perjalanan kuliner yang lebih dari sekadar makanan. ***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: Kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler