Gejala dan Perilaku Penderita ADHD, dari Kurang Perhatian hingga Hiperaktif Impulsif

20 Mei 2024, 21:30 WIB
Ilustrasi ADHD - Berikut ini merupakan beberapa gejala serta perilaku penderita ADHD, dari kurang perhatian hingga hiperaktif impulsif. /192635/pixabay

PR DEPOK - Gejala ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya dan sering kali dibagi menjadi dua kategori utama yakni kurangnya perhatian (inattention) dan hiperaktivitas/impulsivitas.

Ya, beberapa orang dengan ADHD umumnya mengalami gejala kurang perhatian, sementara yang lainnya kebanyakan memiliki gejala hiperaktif-impulsif. Namun, seperti merujuk nimh.nih.gov, beberapa penderita ADHD juga memiliki kedua jenis gejala tersebut.

Perilaku Gejala ADHD

Baca Juga: Rekomendasi 5 Hotel Terbaik di Sumedang, Rasakan Kenyamanan dan Ketenangan Saat Beristirahat di Sini!

Banyak orang mengalami kurangnya perhatian, aktivitas motorik tidak fokus, dan impulsif, tetapi bagi penderita ADHD, perilaku tersebut cenderung :
- Lebih parah
- Lebih sering terjadi
- Mengganggu atau mengurangi kualitas fungsi mereka secara sosial, di sekolah, atau dalam pekerjaan
- Penderita ADHD Kurang Perhatian

Orang ADHD dengan gejala kurang perhatian seringkali menunjukkan sikap:

- Penderita ADHD cenderung mengabaikan atau melewatkan detail dan membuat kesalahan yang terkesan ceroboh dalam tugas sekolah, di tempat kerja, atau selama aktivitas lainnya
- Mengalami kesulitan mempertahankan perhatian saat bermain atau melakukan tugas, seperti percakapan, ceramah, atau membaca panjang lebar
- Orang ADHD seperti tidak mendengarkan saat diajak bicara langsung
- Penderita ADHD merasa sulit untuk mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan rumah, atau tugas di tempat kerja, atau mungkin memulai tugas tetapi kehilangan fokus dan mudah teralihkan
- Orang ADHD mengalami kesulitan dalam mengatur tugas dan kegiatan, mengerjakan tugas secara berurutan, menjaga ketertiban bahan dan barang, mengatur waktu, dan memenuhi tenggat waktu
- Menghindari tugas-tugas yang memerlukan upaya mental berkelanjutan, seperti pekerjaan rumah, atau untuk remaja dan orang dewasa yang lebih tua, menyiapkan laporan, mengisi formulir, atau meninjau makalah yang panjang
- Kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas atau aktivitas, seperti perlengkapan sekolah, pensil, buku, peralatan, dompet, kunci, dokumen, kacamata, dan ponsel
- Orang ADHD mudah terganggu oleh pikiran atau rangsangan yang tidak berhubungan
- Penderita ADHD menjadi pelupa dalam aktivitas sehari-hari, seperti pekerjaan rumah, tugas, membalas telepon, dan menepati janji

Baca Juga: TOP 6 Hotel di Tuban, Pilihan Terbaik untuk Menemani Liburan Anda dengan Tenang dan Tentram!

Penderita ADHD Hiperaktif-impulsif

Orang ADHD dengan gejala hiperaktif-impulsif seringkali menunjukkan sikap:

- Gelisah dan menggeliat sambil duduk
- Tinggalkan tempat duduk mereka dalam situasi yang diharapkan untuk tetap duduk, seperti di ruang kelas atau kantor
- Berlari, lari-lari, atau memanjat pada waktu yang tidak tepat atau, pada usia remaja dan dewasa, sering kali merasa gelisah
- Tidak bisa bermain atau melakukan hobi dengan tenang
- Terus bergerak atau bergerak, atau bertindak seolah-olah digerakkan oleh motor

Penderita ADHD cenderung berbicara berlebihan, misalnya menjawab pertanyaan sebelum ditanyakan sepenuhnya, selesaikan kalimat orang lain, atau bicaralah tanpa menunggu giliran pembicaraan.

Baca Juga: Inilah 6 Rawon Ternikmat di Klojen Malang, Berikut Lokasinya

Sebab, orang ADHD kerap mengalami kesulitan dalam menunggu giliran sehingga menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya dalam percakapan, permainan, atau aktivitas.

Penyedia layanan primer terkadang mendiagnosis dan mengobati ADHD. Mereka mungkin juga merujuk individu ke ahli kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog klinis, yang dapat melakukan evaluasi menyeluruh dan membuat diagnosis ADHD.

Agar seseorang dapat didiagnosis ADHD, gejala kurangnya perhatian dan/atau hiperaktif-impulsif harus bersifat kronis atau bertahan lama, mengganggu fungsi orang tersebut, dan menyebabkan orang tersebut tertinggal dalam perkembangan normal pada usianya.

Stres, gangguan tidur, kecemasan, depresi, dan kondisi atau penyakit fisik lainnya dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan ADHD. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi menyeluruh untuk mengetahui penyebab gejalanya.

Baca Juga: 7 Lokasi Gudeg Paling Terkenal di Jakarta, Rasanya Nikmat

Kebanyakan anak-anak dengan ADHD menerima diagnosis selama tahun-tahun sekolah dasar. Agar seorang remaja atau orang dewasa dapat didiagnosis ADHD, gejalanya harus sudah muncul sebelum usia 12 tahun.

Gejala ADHD dapat muncul antara usia 3 dan 6 tahun dan dapat berlanjut hingga masa remaja dan dewasa. Gejala ADHD dapat disalahartikan sebagai masalah emosional atau kedisiplinan atau tidak terjawab sama sekali pada anak-anak yang umumnya memiliki gejala kurangnya perhatian, sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis.

Orang dewasa dengan ADHD yang tidak terdiagnosis mungkin memiliki riwayat prestasi akademis yang buruk, masalah di tempat kerja, atau hubungan yang sulit atau gagal.

Baca Juga: Ini Perawatan Diri Orang yang Mengalami Depresi, Bisa Capai Pemulihan yang Lebih Baik

Gejala ADHD dapat berubah seiring waktu seiring bertambahnya usia.

Pada anak kecil dengan ADHD, hiperaktif-impulsif merupakan gejala yang paling dominan. Saat seorang anak mencapai sekolah dasar, gejala kurangnya perhatian mungkin menjadi lebih menonjol dan menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam bidang akademis.

Pada masa remaja, hiperaktif tampaknya berkurang dan gejalanya mungkin berupa perasaan gelisah atau gelisah, namun kurangnya perhatian dan impulsif mungkin tetap ada. Banyak remaja penderita ADHD juga bergumul dengan hubungan dan perilaku antisosial. Kurangnya perhatian, kegelisahan, dan impulsif cenderung bertahan hingga dewasa.***

DISCLAIMER: Artikel ini hanya dimaksudkan sebagai informasi umum dan tidak membahas kondisi individu. Ini bukan pengganti saran atau bantuan profesional dan tidak boleh diandalkan untuk membuat keputusan apa pun. Anda tetap perlu mengikuti anjuran dokter.

Editor: Linda Agnesia

Tags

Terkini

Terpopuler