"Saat ini kita sedang persiapkan melakukan uji imunogenitas pada hewan coba," katanya.
Untuk melihat efek imunogenitas vaksin, para peneliti biasanya akan menguji kandidat protein terhadap mencit.
Dalam pengembangan vaksin Merah putih yang juga dikembangkan UGM, peneliti fokus memantau pengembangan vaksin berbasis DNA protein rekombinan dan menggunakan Carbonated Hydroxyapatite (CHA) sebagai adjuvan.
"Yang membedakan pengembangan vaskin UGM ini dengan yang lainnya adalah pada platform teknologinya yakni rekombinan protein," ujarnya.
Setiap platform pengembangan vaksin mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Menurutnya, vaksin yang dikembangkan UGM yang mengandalkan protein rekombinan lebih menjanjikan untuk mengurangi munculnya efek samping.
Tak hanya itu, dengan memanfaatkan protein rekombinan, vaksin Merah Putih juga lebih mudah dalam produksi massal.
Dengan demikian, ke depannya tak hanya mengandalkan beberapa vaksin buatan negara lain, vaksin Merah Putih pun memiliki potensi untuk dijadikan vaksin dosis kesatu, kedua, dan booster.***