Apa itu Thalasemia? Calon Pengantin Wajib Tahu Sebelum Menikah

- 6 Juni 2023, 21:13 WIB
Apa itu thalasemia, ciri-ciri, cara pencegahan dan kenapa pasangan sesama penderita tidak boleh menikah.
Apa itu thalasemia, ciri-ciri, cara pencegahan dan kenapa pasangan sesama penderita tidak boleh menikah. /PIXABAY/Vector8DIY

PR DEPOK - Bagi masyarakat awam penyakit thalasemia mungkin jarang terdengar, bahkan masyarakat tidak mengetahui apa itu penyakit thalasemia. Sebagian masyarakat hanya mengetahui thalasemia sebagai penyakit kelainan darah hanya sebatas itu saja.

Thalasemia adalah penyakit kelainan darah merah yang dibawa dan diturunkan dari orang tua kepada putra-putrinya. Kelainan ini diakibatkan oleh berkurang atau tidak terbentuknya protein yang membentuk hemoglobin utama pada manusia.

Hal tersebut dapat mengakibatkan pecahnya eritrosit dan berdampak kepada pucatnya pendereita thalasemia karena kekurangan darah (anemia).

Penyakit thalasemia sendiri dikategorikan menjadi tiga yaitu thalasemia minor (trait), intermedia, dan mayor.

Baca Juga: Rekomen! 6 Mie Ayam Terenak di Makassar, Sudah Coba?

Thalasemia minor atau pembawa sifat tidak mengalami perubahan penampilan fisik dan tidak memiliki gejala sama sekali. Baru pada pemeriksaan darah akan terlihat kadar hb yang sedikit dibawah normal.

Namun individu dengan kondisi minor memiliki resiko memiliki keturunan dengan penyakit thalasemia jika dia menikahi pasangan dwngan kondisi yang serupa yaitu thalasemia minor.

Thalasemia intermedia memiliki kadar hemoglobin (hb) yang lebih rendah berkisar pada angka 8 - 10gr/ ds, sehingga membutuhkan transfusi darah walau tidak rutin. Pasien bisa menjalani hidup normal, di beberapa kasus diperlukan pengobatan secara rutin untuk meminimalkan komplikasi. Pada umumnya penderita thalasemia intermedia baru terdiagnosa pada anak usia lanjut atau anak yang lebih besar.

Thalasemia mayor umumnya sudah bisa diketahui sejak bayi dengan gejala yang mudah dikenali. Gejala pada bayi pengidap thalasemia mayor adalah tampak pucat, lemah, lesu, sering sakit dan terkadang disertai perut yang membuncit.

Baca Juga: Soroti Sikap Mario Dandy yang Cengengesan, Ernest Prakasa: Kalaupun Bekingnya Kuat Setidaknya Paham Situasi

Pasien ini akan membutuhkan transfusi darah seumur hidupnya, setiap 2-4 minggu sekali. Penyandang thalasemia mayor bisa hidup normal jika mendapatkan pengobatan optimal, transfusi darah rutin, konsumsi obat kelasi besi teratur dan dalam pemantauan dokter.

Dukungan moral dan material pun mutlak dibutuhkan pasien thalasemia mayor, jika tidak kemungkinan besar akan berdampak pada komplikasi termasuk pada kondisi fisik tubuh, gangguan pertumbuhan, beban material dan psikologis.

Upaya Pencegahan Thalasemia

Melansir antaranews.com, menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), skrining kesehatan termasuk skrining penyakit thalasemia yang dilakukan oleh calon pengantin sangat penting untuk menghindari potensi bayi lahir dengan cacat atau penyakit bawaan yang diturunkan oleh orang tuanya.

Baca Juga: Rekomendasi Serial dengan Cerita Gelap dan Penuh Ketegangan, Salah Satunya Squid Game

“(Skrining bagi calon pengantin) itu bagus. Keadaan sumber daya kita memang masih terbatas tetapi kalau punya uang lebih silahkan untuk periksa” ungkap kepala BKKBN Hasto Wardoyo Senin, 8 Mei 2023.

Hasto menyampaikan pulan skrining thalasemia bermanfaat untuk mencegah kelahiran bayi dengan kondisi cacat. Menurutnya thalasemia berbahaya karena selain membuat bayi cacat juga memicu kelainan pada darah

Untuk saat ini menurut Hasto program skrining thalasemia yang digencarkan tidak sebanyak upaya yang digalakan untuk menemukan penyakit dengan jumlah kasus yang signifikan, karena pemerintah harus mengalokasikan dana yang lebih besar lagi agar bisa dilakukan di semua daerah. Karena itulah pemerintah pada akhirnya memutuskan skrining mana yang harus diprioritaskan.

Baca Juga: Daftar 6 Warung Soto Paling Sedap dan Populer di Bangka Belitung, Cek Lokasinya Sekarang!

Kasus thalasemia saat ini banyak ditemukan di Indonesia, sebagai salah satu negara yang terletak di daerah “sabuk thalasemia”, melalui data Kemenkes sekitar 3-10 persen populasinya merupakan pembawa sifat thalasemia. Dari data tersebut diperkirakan 2.500 bayi yang baru lahir di Indonesia memiliki kemungkinan terjangkit thalasemia mayor.

Sampai saat ini penyakit thalasemia belum bisa disembuhkan tapi bisa dicegah dengan melakukan skrining thalasemia sebelum pernikahan, guna mengidentifikasi pembawa sifat dan terhindar dari pernikahan antara sesama pembawa sifat. ***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x