Jika ibu tidak makan dan minum dengan cukup serta memenuhi gizi seimbang saat sahur dan berbuka, maka mikronutrien dalam ASI bisa berkurang, dan ini bisa berpengaruh pada kesehatan dan kekebalan bayi.
Puasa juga bisa mempengaruhi jumlah atau volume ASI yang diproduksi oleh ibu, karena puasa bisa menyebabkan dehidrasi dan kekurangan kalori pada ibu. Dehidrasi dan kekurangan kalori bisa menurunkan hormon prolaktin, yang bertanggung jawab untuk merangsang produksi ASI.
Baca Juga: Menag Soroti Pentingnya Introspeksi dan Toleransi dalam Perayaan Nyepi dan Ramadhan 2024
Jika produksi ASI menurun, maka volume ASI yang tersedia juga menurun. Jika volume ASI menurun, maka bayi mungkin tidak mendapatkan ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya.
Hal yang Perlu Diperhatikan
Meskipun banyak ibu yang bisa berpuasa sambil menyusui tanpa mengalami masalah, tetapi ada juga ibu yang mengalami kesulitan dan komplikasi. Oleh karena itu, penting bagi ibu yang menyusui untuk mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan
Berikut hal yang perlu diperhatikan ibu menyusui:
Baca Juga: Insiden Pilot Tertidur: Batik Air Ambil Langkah Tegas dan Komitmen Keselamatan Penerbangan
Tanda-tanda dehidrasi pada ibu, seperti sakit kepala, pusing, lemas, mulut kering, bibir pecah-pecah, urine berwarna gelap, dan jumlah urine berkurang.
Tanda-tanda kekurangan nutrisi pada ibu, seperti rambut rontok, kuku rapuh, kulit kering, mata berkantung, dan mudah tersinggung.
Tanda-tanda penurunan produksi ASI pada ibu, seperti payudara terasa lebih ringan, tidak ada let-down reflex, tidak ada ASI yang keluar saat memerah, dan bayi tampak tidak puas setelah menyusu.
Tanda-tanda kurang ASI pada bayi, seperti berat badan turun atau tidak naik, jumlah popok basah berkurang (kurang dari 6 kali sehari), popok kotor berkurang (kurang dari 2 kali sehari), bayi rewel dan sering menangis, bayi mengantuk dan lesu, dan bayi menolak menyusu atau menyusu singkat-singkat.