Bisa Kacaukan Naftali Bennett, Israel Kecam Rencana AS Buka Kembali Konsulat di Yerusalem

2 September 2021, 18:30 WIB
Ilustrasi - Israel dilaporkan mengecam rencana AS yang akan membuka kembali konsulatnya di Yerusalem. /Pixabay/Conmongt.

PR DEPOK - Israel kecam rencana AS yang akan membuka kembali konsulat mereka di Yerusalem, yang secara luas menjadi basis untuk penjangkauan diplomatik ke Palestina.

Menurut Israel, rencana tersebut adalah ide yang buruk dan dapat mengacaukan pemerintahan baru Perdana Menteri (PM), Naftali Bennett.

Sebelumnya, pemerintahan Donald Trump mengisyaratkan dukungan untuk klaim Israel atas Yerusalem sebagai ibu kotanya dengan memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv.

Baca Juga: Kembali Jadi Pengamen Jalanan, Tegar Septian: Sumber Pemasukan yang Lain Nggak Ada

Kemudian, mantan Presiden AS ini memasukkan konsulat mereka di Yerusalem barat dalam misi tersebut.

Pemindahan itu merupakan salah satu pemicu amarah orang-orang Palestina, yang ingin Yerusalem timur sebagai ibu kota negara masa depan yang diharapkan.

Kini, Presiden Joe Biden telah berjanji untuk memulihkan hubungan dengan Palestina, mendukung solusi dua negara dan bergerak maju dengan membuka kembali konsulat.

"Kami pikir itu ide yang buruk. Yerusalem adalah ibu kota berdaulat Israel. Hanya Israel saja, dan oleh karena itu kami pikir itu bukan ide yang bagus," kata Menlu Israel Yair Lapid.

Baca Juga: Warga Rela Ambil Bingkisan Jokowi di Selokan, Jimly: Hentikan Praktik Ini, Mudaratnya Jauh Lebih Besar

"Kami tahu bahwa pemerintahan (Biden) memiliki cara berbeda dalam melihat ini, tetapi karena itu terjadi di Israel, kami yakin mereka mendengarkan kami dengan sangat hati-hati," ucap dia lagi dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Middle East Monitor.

Sementara itu, seorang pejabat senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Wasel ABu Youssef mengatakan bahwa jelas Israel akan menolak keras terhadap pembukaan konsulat.

"Mereka berusaha mempertahankan status quo dan memblokir solusi politik apa pun," tuturnya menjelaskan.

Baca Juga: Tolak Wacana Pemindahan Ibu Kota Negara, Refrizal: Gaya-gayaan, Apa Bapak Gak Tau Utang Sudah Menggunung?

Ditanya tentang pernyataan Lapid, juru bicara Kedutaan Besar AS mengatakan, "Seperti yang diumumkan Menteri Blinken pada Mei lalu, AS akan melanjutkan proses untuk membuka kembali konsulat kami di Yerusalem."

Juru bicara itu mengatakan AS tidak membatalkan keputusannya untuk memindahkan Kedutaan Besarnya ke Yerusalem atau pengakuannya atas kota itu sebagai ibu kota Israel.

Untuk diketahui lebih jauh, Israel telah merebut Yerusalem bagian timur, bersama dengan Tepi Barat dan Gaza yang dianeksasi, dalam perang Timur Tengah 1967.

Baca Juga: Usai Dijodohkan, Begini Obrolan Harris Vriza dan Cut Syifa saat Dipertemukan secara Langsung

Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya yang tidak terbagi, yang mana status itu tidak diakui secara internasional.

Dalam mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada tahun 2017, Trump mengatakan dirinya tidak mengambil posisi pada masalah status akhir apa pun, termasuk batas-batas spesifik kedaulatan Israel di Yerusalem.

Diketahui juga, Bennett, perdana menteri Israel yang baru adalah seorang nasionalis yang menentang kenegaraan Palestina. Ia menang dengan koalisi lintas-partisan.

Baca Juga: Komentari Insiden Rebutan Bantuan dari Presiden Jokowi, Cholil Nafis: Kelihatannya Kurang Elok

"Pembukaan kembali konsulat dapat mengganggu ketenangan pemerintah Bennett, yang mengakhiri masa jabatan perdana menteri jangka panjang Benjamin Netanyahu pada Juni," kata Lapid.

"Kami memiliki struktur pemerintah yang menarik namun rapuh. Kami pikir ini mungkin akan mengacaukan pemerintah ini dan saya tidak berpikir pemerintah Amerika menginginkan ini terjadi," ia menambahkan.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Middle East Monitor

Tags

Terkini

Terpopuler