Asal-usul Covid-19 Dipolitisasi, WHO Bentuk Kelompok Ahli Baru dari 26 Negara

14 Oktober 2021, 09:20 WIB
Ilustrasi World Health Organization (WHO). /padrinan/Pixabay

PR DEPOK - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menunjuk 26 ilmuwan ke dalam badan penasihat baru yang didedikasikan untuk memahami asal-usul Covid-19 dan wabah lainnya di masa depan.

Langkah itu menandai perubahan pendekatan WHO terhadap salah satu masalah pandemi yang paling sensitif secara politik serta telah membunuh lebih dari 4,8 juta orang.

"Ini adalah kesempatan untuk menyingkirkan semua kebisingan, termasuk kepentingan politik," ujar Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit dan zoonosis WHO.

Baca Juga: Delon Buat Sekolah Vokal, Anang Hermansyah Takjub hingga Singgung Soal Perjuangan di Indonesian Idol

Kelompok tersebut, yang mencakup ilmuwan dari Amerika Serikat dan China serta 24 negara lain, akan diresmikan setelah periode konsultasi publik yang singkat.

Para ilmuwan itu juga akan menyiapkan kerangka kerja untuk wabah di masa depan yang melibatkan patogen lain.

"Kita akan fokus pada apa uang kita ketahui," tutur Van Kerkhove, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Stuff News pada Kamis, 14 Oktober 2021.

Baca Juga: Cipta Panca Soroti Peristiwa Cekcok antara Warga dan Mensos Risma: Mantap, Baru Kali Ini Menteri Dilawan

Selain China, kelompok ilmuwan baru ini, yang dijuluki Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Asal Usul Patogen Novel (SAGO), juga akan menghadapi lingkungan politis dari negara-negara di Barat, termasuk Amerika Serikat.

“Jika Anda percaya bahwa SAGO akan menjawab pertanyaan, apa asal usul SARS-CoV-2, maka Anda salah besar"

"Karena tidak ada kemungkinan mereka mendapatkan akses ke informasi atau penyelidikan lapangan sejauh China masih tidak prihatin," tutur profesor hukum kesehatan global di Universitas Georgetown di AS itu.

Dorongan baru untuk menyelidiki asal mula pandemi datang lebih dari enam bulan setelah kesimpulan dari misi bersama WHO-China mengenai masalah tersebut.

Baca Juga: Heran dengan Aksi Aparat yang 'Smackdown' Mahasiswa, Cipta Panca: Kenapa Polisi seperti Takut Hadapi Demo?

Studi yang melihat sekelompok ilmuwan internasional mengunjungi situs-situs di pusat virus yang diketahui di Wuhan, Cina, menjadi kontroversi karena hasil yang tidak meyakinkan.

Setelah para ilmuwan melabeli kemungkinan kebocoran dari laboratorium di Wuhan sebagai suatu yang tidak mungkin dan tidak layak untuk diselidiki lebih lanjut, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan penilaian pada teori ini tidak cukup luas.

Pejabat WHO bersikeras kelompok ilmuwan SAGO ini tidak akan berfungsi sebagai pengulangan misi yang mendiskreditkan Wuhan.

“Ini adalah kelompok penasihat. Kami membentuk kelompok penasihat ini sepanjang waktu,” kata Van Kerkhove.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Kamis, 14 Oktober 2021: Aquarius Jangan Bepergian hingga Pisces Romantis pada Pasangan

Beberapa anggota kelompok SAGO yang diusulkan berada di misi WHO 10 orang sebelumnya ke China, termasuk ahli virus Belanda Marion Koopmans.

Ilmuwan China Yungui Yang dari Beijing Institute of Genomics di Chinese Academy of Sciences juga merupakan pemimpin kelompok untuk China dalam misi tersebut.

Namun, mayoritas nama SAGO tidak ada pada misi sebelumnya. Inger Damon, direktur divisi patogen dan patologi konsekuensi tinggi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, adalah satu-satunya orang Amerika yang terdaftar.

Baca Juga: Nagita Slavina dan Raffi Ahmad Siapkan Nama Anak Kedua Berinisial ‘R’

Keanggotaan SAGO belum final dan WHO sedang mencari masukan dan nasihat publik mengenai nama-nama yang dirilis tersebut.

“Kami sangat senang dengan kualitas ahli dari seluruh dunia yang dipilih untuk SAGO dan berharap dapat bekerja sama dengan mereka untuk membuat dunia lebih aman,” kata Tedros dalam sebuah pernyataan.

Lebih dari 700 ahli di bidangnya melamar tempat di tim SAGO, kata pejabat WHO, dengan latar belakang dan keberagaman gender, etnis, dan negara asal.

Mereka yang berada dalam kelompok tersebut akan melayani tanpa dibayar untuk masa jabatan dua tahun dengan kemungkinan perpanjangan waktu mereka di badan tersebut.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Stuff News

Tags

Terkini

Terpopuler