Kumpulkan Informasi tentang Warga Palestina, Badan Intelijen Turki Tangkap 15 Agen Mata-mata Mossad Israel

23 Oktober 2021, 15:30 WIB
Ilustrasi bendera Turki. /Sevgi001461/Pixabay

PR DEPOK - Badan intelijen Turki telah membongkar jaringan Mossad Israel yang mengumpulkan informasi tentang warga Palestina yang tinggal di Turki.

15 orang ditangkap awal bulan ini, menyusul operasi kontra intelijen selama setahun, dan mereka dikatakan telah memberi Mossad rincian siswa lokal dan asing.

"Setelah informasi itu dibagikan kepada polisi, pasukan kontra terorisme menangkap 15 mata-mata dalam operasi rahasia yang dilakukan pada 7 Oktober di empat provinsi"

Baca Juga: Injak Usia 41 Tahun, Kalina Ocktaranny dapat Kejutan Ulang Tahun dari Vicky Prasetyo: Alhamdulillah Bisa...

"Anggota jaringan spionase diinstruksikan untuk mengumpulkan informasi tentang warga Palestina yang kuliah di universitas Turki,"ujar badan intelijen Turki. sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Middle East Monitor pada Sabtu, 23 Oktober 2021.

Selain itu juga, laporan badan intelijen menambahkan, para agen itu mencari tahu peluang apa yang diberikan oleh pemerintah kepada mereka.

Jaringan agen untuk mata-mata Mossad juga mengidentifikasi mahasiswa yang mungkin akan memulai karir di industri pertahanan.

Baca Juga: Niat Maju sebagai Calon Presiden RI 2024, Farhat Abbas: Menuju Indonesia Berdaulat

Agen dibayar dengan jumlah yang bervariasi tergantung pada pentingnya informasi yang mereka berikan kepada Mossad.

Mereka melakukan perjalanan ke luar negeri, ke Eropa dan Afrika, untuk bertemu dengan agen Mossad dan mentransfer informasi yang dianggap penting untuk jaringan mata-mata.

Mereka juga menggunakan perangkat lunak enkripsi untuk mentransfer dokumen melalui web.

Baca Juga: Tak Mau Buru-buru Dirikan Masjid, Ivan Gunawan Perhatikan Segala Aspek: Aku Mau Bangun Rumah Juga Buat Marbot

Menurut intelijen Turki juga, para agen bertemu langsung dengan pejabat Mossad Israel di luar negeri, bukan di Israel, agar tidak terungkap.

Lebih jauh lagi, Turki sejatinya tengah bekerja untuk memulihkan hubungannya dengan Israel.

"Kami ingin membawa hubungan kami ke titik yang lebih baik"

"Namun kebijakan Palestina adalah garis merah kami. Tidak mungkin bagi kami untuk menerima kebijakan Palestina Israel. Tindakan tanpa ampun mereka di sana tidak dapat diterima," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 25 Desember tahun lalu.

Sementara itu, kritikus Turki mengecam Erdogan sebagai seorang munafik karena dia mengkritik kesepakatan normalisasi baru-baru ini antara sejumlah negara Arab dan Israel.

Krisis diplomatik Turki dengan Israel dimulai pada 2010, ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan pasukan komando untuk menaiki Mavi Marmara.

Sebuah kapal Turki yang merupakan bagian dari armada internasional yang mencoba mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung.

Selama serangan di perairan internasional, sepuluh orang Turki tewas dan lebih dari 50 aktivis lainnya terluka.

Meskipun demikian, hubungan komersial dan intelijen terus berlanjut. Perdagangan antara kedua negara melebihi Rp71 triliun pada tahun 2014.

Kebuntuan diplomatik berlanjut hingga 2016, dan memburuk lagi pada Mei 2018, ketika Ankara menarik utusannya untuk Israel dan mengusir duta besar Israel atas tanggapan mematikan terhadap protes Palestina di Gaza.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Middle East Monitor

Tags

Terkini

Terpopuler