PR DEPOK - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) telah meluncurkan kampanye vaksinasi jutaan anak di Afghanistan terhadap polio.
Kampanye vaksin polio yang dilakukan WHO dan UNICEF terhadap jutaan anak di Afghanistan itu merupakan kampanye pertama dalam tiga tahun terakhir.
Kabarnya, kampanye yang dilakukan WHO dan UNICEF tersebut bertujuan untuk menangani 3,3 juta anak yang tidak divaksinasi polio sejak tahun 2018.
Meningkatnya pertempuran antara pasukan bekas pemerintah yang didukung Barat dan Taliban membuat inokulasi semakin sulit selama tiga tahun terakhir.
Selain Pakistan, Afghanistan tetap menjadi salah satu negara, di mana hanya dua negara tersebut penyakit ini masih endemik.
Dengan Imarah Islam Taliban menguasai hampir seluruh negara, ada harapan baru bahwa anak-anak dapat menerima suntikan tanpa takut akan keselamatan keluarga, petugas kesehatan, dan sukarelawan mereka yang terlibat dalam kampanye.
Farida, seorang ahli vaksin di kota Kabul, mengatakan bahwa dirinya telah menunggu selama tiga tahun terakhir untuk memulai pekerjaannya dengan benar.
Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera pada Selasa, 9 November 2021, ia mengaku telah menghabiskan harinya dari rumah ke rumah untuk memvaksin anak-anak Afghanistan.
Farida mengatakan kampanye kesadaran penting untuk terus dilakukan di seluruh negeri, sehingga mereka dapat mendidik orang-orang yang mungkin percaya teori konspirasi dan berita hoaks seputar vaksin.
Keterlibatan Farida dan perempuan muda lainnya dalam kampanye inokulasi juga merupakan langkah penting pada saat Taliban mendapat kecaman karena kebijakannya yang tidak jelas terhadap perempuan yang kembali bekerja di Afghanistan.
Pada pekan lalu, Human Rights Watch (HRW) merilis sebuah laporan yang mengatakan pekerja bantuan perempuan telah dilarang bekerja di 31 dari 34 provinsi di negara itu.
Heather Barr, Associate Director HRW's Women's Rights Division, mengatakan memasukkan vaksinator wanita adalah langkah positif.
Baca Juga: Tak Lagi Tinggal di Rumah Raffi Ahmad, Dimas Ahmad: Manusia Harus Punya Privasi
Namun, lanjutnya, Taliban harus melakukan semua upaya yang bisa dilakukan untuk memastikan keselamatan para vaksinator wanita, terutama di luar kota Kabul.
“Sangat penting bahwa vaksinator wanita dapat memiliki pernyataan tertulis dari Taliban untuk memastikan bahwa mereka tidak akan menghadapi kemungkinan pelecehan ketika mereka berada di lapangan,” kata Barr.
Tak lama setelah mengambil alih kekuasaan pada bulan Agustus, Taliban telah meminta pekerja pemerintah perempuan untuk tinggal di rumah sampai dapat memastikan bahwa pasukannya tidak akan mendiskriminasi atau melecehkan mereka.
Akan tetapi, seorang petugas kesehatan wanita dengan cepat dibebaskan dari perintah tersebut.***