Ribuan Demonstrasi Anti-Vaksin di Australia Serukan Penolakan Vaksinasi Covid-19

21 November 2021, 14:55 WIB
Ilustrasi demonstrasi. /niekverlaan/Pixabay

PR DEPOK - Ribuan orang turun ke sejumlah ruas jalan pada Sabtu lalu untuk memprotes mandat vaksinasi Covid-19 di Australia.

Para demonstran meneriakkan kebebasan dan membawa papan yang menyerukan untuk melawan tirani.

Beberapa ribu pengunjuk rasa anti-vaksinasi berbaris di jalan-jalan di pusat Kota Melbourne, kota terbesar kedua di Australia.

Baca Juga: Sirkuit Mandalika Terendam Banjir Saat WSBK Berlangsung, Gus Umar: Apa Kabar TGB?

Protes juga berlangsung di Sydney, Brisbane dan Perth, dengan polisi mengawasi rapat umum dengan cermat dan belum ada laporan terperinci tentang perilaku demonstran anti-vaksin tersebut.

Sementara kerumunan yang lebih kecil berkumpul untuk mendukung langkah-langkah yang telah mengangkat Australia menjadi salah satu negara yang paling banyak diinokulasi di dunia.

Hampir 85 persen warga Australia berusia 16 tahun ke atas telah divaksinasi penuh pada 19 November 2021.

Baca Juga: Gasak Arsenal, Liverpool Unggul dengan Skor 4-0

Sementara vaksinasi nasional bersifat sukarela, negara bagian dan teritori telah mengamanatkan vaksinasi untuk banyak pekerjaan dan melarang mereka yang tidak divaksinasi melakukan kegiatan seperti makan di luar dan konser.

Wartawan Australia Dana Morse mengatakan kepada Al Jazeera, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Minggu, 21 November 2021, bahwa Melbourne telah mengalami penguncian terlama di dunia.

“Ada kekhawatiran di antara sebagian masyarakat tentang beberapa undang-undang manajemen pandemi yang saat ini coba disahkan oleh pemerintah negara bagian melalui majelis tinggi parlemen,” kata Morse.

Baca Juga: Sampaikan Duka Cita, Erick Thohir Unggah Foto Bersama Verawaty Fajrin hingga Ceritakan Momen Terakhirnya

Orang-orang juga memprotes undang-undang yang menetapkan "tidak divaksin maka tidak ada pekerjaan", berarti orang yang saat ini tidak divaksinasi maka mereka tidak akan dapat bekerja.

Demonstrasi anti-vaksinasi telah berlangsung selama berminggu-minggu di Australia, kadang-kadang menjadi kekerasan dan menarik kelompok-kelompok warga yang longgar, serta pendukung teori konspirasi dan sayap kanan.

Gerakan anti-vaksinasi, bagaimanapun, tetap kecil, dengan jajak pendapat menunjukkan oposisi nasional dalam satu digit.

“Kami sedang melihat negara yang secara keseluruhan percaya pada keamanan dan kemanjuran vaksin untuk mengobati Covid-19, mereka hanya minoritas,” ujar Morse.

Baca Juga: Prediksi dan Head to Head Inter Milan vs Napoli: Nerazzurri Ingin Amankan Poin Penuh di Kandang Sendiri

Sebuah demonstrasi tandingan beberapa ratus orang terjadi di Melbourne, yang diselenggarakan oleh kelompok Kampanye Melawan Rasisme dan Fasisme di bawah slogan "Jangan jadi pecundang, segera dapatkan vaksin."

Salah satu penyelenggara demonstrasi anti-fasis, Nahui Jimenez, mengatakan bahwa demonstrasi itu adalah “pesan solidaritas” kepada para petugas kesehatan di Australia.

“Mayoritas orang mendukung langkah-langkah kesehatan ini, yang sebenarnya telah membantu jutaan orang tidak terkena Covid-19,” ujarnya.

Baca Juga: Usai Kalah Dalam Derby Suramadu, Madura United FC Langsung Tatap Laga Lawan Persik Kediri

Laporan Sabtu kemarin, ada 1.166 kasus Covid-19 baru di negara bagian Victoria, di mana Melbourne adalah ibu kotanya.

Lima orang lagi meninggal di negara bagian New South Wales, hampir 92 persen orang divaksinasi lengkap, melaporkan 182 kasus baru.

Terlepas dari varian Delta yang menyebabkan penguncian berbulan-bulan di Sydney dan Melbourne, Australia hanya memiliki sekitar 760 kasus yang dikonfirmasi dan 7,5 kematian per 100.000 orang, menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jauh lebih rendah daripada banyak negara maju lainnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler