Misteri Ekor Merah di Langit Jepang yang Muncul 1.400 Tahun yang Lalu, Kini Terpecahkan

10 April 2020, 17:53 WIB
LANGIT Jepang pada tahun 620 pernah muncul fenomena yang disebut "ekor burung".* /Live Science/

PIKIRAN RAKYAT - Sebuah garis merah yang menyerupai ekor burung terlihat di langit di Jepang 1.400 tahun yang lalu.

Sejak saat itu, para astronom kebingungan dengan fenomena aneh tersebut.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari situs Live Science, dikatakan bahwa catatan sejarah pada 30 Desember tahun 620, "tanda merah" berbentuk seperti "ekor burung" muncul di langit Jepang.

Ketika itu, tanda tersebut dianggap pertanda buruk. Ilmuwan modern yang melihat kembali laporan itu bertanya-tanya apakah pemandangan itu mungkin disebabkan oleh aurora atau komet tetapi tak satu pun dari penjelasan itu yang cukup masuk akal.

Baca Juga: Cek Fakta: Hoaks Wagub DKI Jakarta Baru, Riza Patria Mantan Narapidana 

Disebutkan bahwa seorang peneliti bernama Ryuho Kataoka, yang mempelajari cuaca luar angkasa di National Institute of Polar Research di Jepang serta rekan-rekannya memutuskan untuk kembali menyelidiki penyebab fenomena langit merah tersebut.

Dikatakan bahwa tim peneliti mulai membandingkan deskripsi sejarah dengan pemahaman modern tentang aurora.

Meskipun aurora yang muncul di langit sering berwarna hijau namun aurora juga dapat muncul dalam warna lain, termasuk merah.

Disebutkan bahwa, hal itu tergantung pada elemen di atmosfer Bumi yang diaktifkan oleh partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari.

Baca Juga: Kader PDIP Soroti Kinerja Mohammad Idris yang Dinilai Lamban Tekan Penularan Corona 

Mereka kemudian melalukan pengamatan aurora yang muncul lebih baru terlihat di Jepang dalam bentuk kipas dengan latar belakang merah.

Itu cocok dengan deskripsi "ekor burung" dari peristiwa pada tahun 620.

Para peneliti juga memetakan seperti apa medan magnet Bumi yang berubah pada saat itu, yang menunjukkan bahwa Jepang akan berada di sekitar 33 derajat lintang magnetik pada tahun 620 dibandingkan dengan hari ini yang berada di sekitar 25 derajat.

Para peneliti juga menganalisis hipotesis lain tentang "tanda merah" tersebut. Mereka mengatakan bahwa itu disebabkan oleh komet.

Baca Juga: Cek Fakta: Hoaks Foto 2 Wanita Eropa Gunakan 'Masker' Saat Pandemi Flu Spanyol 1919 

Namun, masih ada perdebatan tentang hipotesis itu. Mereka mengklaim bahwa seharusnya ada komet melesat rendah pada saat itu.

"Ini adalah contoh menarik dan sukses dipecahkan di bidang sains modern. Kami dapat mengambil manfaat dari emosi (pertanda buruk) Jepang kuno yang ditimbulkan ketika penampakan 'surga' yang mengejutkan mengingatkan mereka pada burung yang dikenal (burung pegar Jepang)," kata Kataoka.

Penelitian ini dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan 31 Maret 2020 di Sokendai Review of Cultural and Social Studies.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Live Science

Tags

Terkini

Terpopuler