Ilmuwan Inggris Sebut Virus Corona Terjadi Sebelum Bulan Desember dan Bukan dari Wuhan

18 April 2020, 15:00 WIB
SEORANG wanita mengenakan masker wajah berjalan di area perumahan Tiongkok /Reuters/ Aly Song

PIKIRAN RAKYAT - Informasi awal tentang Virus Corona berasal berpotensi memiliki kesalahan.

Informasi saat ini tertanam di masyarakat bahwa awal penyebaran virus corona berasal dari Wuhan, Tiongkok, pada akhir Bulan Desember 2019.

Namun, ilmuwan Inggris telah mengklaim bahwa rekam jejak virus corona tidak seperti itu.

Baca Juga: Ingin Saingi Zoom dan Skype, WhatsApp Akan Tambah Jumlah Peserta Video Call Group

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Daily Star Sabtu, 18 April 2020 sebuah laporan para ilmuwan dari University of Cambridge, Inggris meragukan keyakinan yang sudah tertanam di benak masyarakat dunia tentang kapan dan dari mana virus corona pertama kali meluas.

Penelitian baru telah mengungkapkan bahwa penyebaran diduga berasal dari selatan Tiongkok dan mulai menyebar di antara manusia pada awal September 2019.

Tim peneliti telah menerbitkan temuan itu dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences, menguraikan jaringan infeksi yang bisa mematahkan apa yang dianggap oleh masyarakat luas tentang pandemi ini.

Baca Juga: Akibat Lengah, Wali Kota Sebut Ada 9 Orang di Satu Kompleks di Depok Positif Virus Corona

"Virus itu mungkin telah bermutasi menjadi bentuk yang lebih berbahaya sejak berbulan-bulan lalu, tetapi masih berada di dalam tubuh kelelawar atau hewan lain, bahkan manusia selama beberapa bulan tanpa menulari orang lain," kata ahli genetika Universitas Cambridge, Peter Forster.

"Kemudian, ia mulai menginfeksi dan menyebar di antara manusia sejak 13 September dan 7 Desember (2019), menghasilkan jaringan yang kami terbitkan dalam jurnal Prosiding National Acamdey of Sciences (PNAS)," ujarnya.

Para peneliti menganalisis strain virus menggunakan jaringan filogenetik-suatu alogaritma yang dapat memetakan pergerakan global organisme melalui mutasi gen mereka.

Baca Juga: Dilema Ditengah Pandemi Virus Corona, Wali Kota Depok Batasi Dapur Umum

Ketika mencoba melacak dan menetukan lokasi pasti dari pasien nol, kasus virus corona pertama yang menyerang manusia, tanda-tanda awal mendorong para peneliti melihat lebih jauh ke selatan Tiongkok daripada kota Wuhan, di mana infeksi pertama kali dilaporkan pada Bulan Desember.

"Apa yang kami rekonstruksi dalam jaringan adalah penyebaran signifikan pertama di antara manusia," ucap Forster.

Dia dan rekan penelitiannya dari beberapa institut menganalisis lebih dari 1.000 urutan genom lengkap dari virus tersebut.

Baca Juga: Berikut Protokol Pemantauan Hilal Jelang Ramadhan 1441 Hijriah Saat Pandemi Virus Corona

Dengan menghitung berbagai mutasi virus, mereka bisa lebih dekat dengan mencari tahu ketika manusia pertama terinfeksi oleh strain yang paling dekat dengan virus corona.

Mereka menemukan ratusan mutasi, menunjukkan bahwa virus itu mungkin telah menyebar dengan tenang pada hewan inang selama bertahun-tahun sebelum akhirnya menulari manusia.

Virus corona diklaim biasanya bisa bermutasi satu kali dalam sebulan.

Baca Juga: Selama PSBB Bodebek, Pemkot Depok Usulkan Penghentian Sementara Operasional KRL

Ada laporan yang berlu diverifikasi bahwa virus tersebut berasal dari kebocoran laboratorium di Wuhan, di mana para peneliti melakukan penelitian pada penyakit dalam kelelawar.

"Jika saya didesak untuk menjawab, saya akan mengatakan penyebaran sebenaranya dimulai dari selatan Tiongkok daripada Wuhan," sebutnya.

"Mungkin, selain kelelawar, diduga ada hewan inang lainnya, dan sampel jaringan yang diawetkan di rumah sakit di Tiongkok yang tersimpan antara September hingga Desember (2019)," terangnya.

Baca Juga: Pelatihan Content Creator Pikiran Rakyat, Peluang Tambah Kemampuan dan Penghasilan

"Proyek penelitian semacam ini akan membantu kami memahami bagaimana transmisi terjadi dan membantu kami mencegah kejadian serupa di masa depan" ungkap ahli genetika itu.

Jaringan filogenetik umumnya dianggap dapat diandalkan untuk melacak mutasi genetik, tetapi metode ini dibatasi oleh ukuran sampelnya dan harus mengasumsikan kecepatan mutasi yang mungkin tidak akurat.

Virus dapat mengalami transformasi dalam pola yang tidak terduga selama pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti ini.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Daily Star

Tags

Terkini

Terpopuler