Studi Terbaru: Virus Corona Bermutasi Menjadi 30 Varian Berbeda

23 April 2020, 14:55 WIB
VIRUS corona memasuki sel dilihat dari mikroskop elektron /PR Depok

PIKIRAN RAKYAT - Studi terbaru di Tiongkok menemukan fakta bahwa Virus Corona jenis SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 telah bermutasi setidaknya menjadi 30 variasi berbeda.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari The Jerussalem Post, studi ini dilakukan oleh Profesor Li Lanjuan beserta timnya dari Universitas Zhejiang di Hangzou, Tiongkok.

Studi Profesor Li dan timnya diterbitkan pada Minggu, 19 April 2020 dalam makalah non-peer-review yang dirilis di situs MedRxiv.

Baca Juga: Penampakan Domba yang Pulang Kandang setelah 7 Tahun Hidup di Hutan Tasmania

Hasil temuan ini membuat Profesor Li dan timnya mengungkapkan kekecewaannya sebab di awal virus ini terdeteksi, para otoritas kesehatan terlalu meremehkan kemampuan virus untuk bermutasi.

Virus corona sangat kuat dan pintar, studi Profesor Li dan Tim menemukan bahwa ditemukannya strain yang berbeda-beda pada virus itu telah mempengaruhi berbagai bagian dunia.

Dampaknya, semakin banyak strain berbeda, semakin sulit juga bagi para pengembang vaksin untuk menemukan obat COVID-19 secara menyeluruh.

Baca Juga: Masuk Warga Terdampak Corona, Ratusan Guru Ngaji di Perkampungan Depok Terima Bansos

Dalam makalahnya, Profesor Li dan timnya menganalisis strain dari 11 pasien COVID-19 di Hangzhou. Sampel analisis diambil secara acak dari total 1.264 pasien yang ada.

Profesor Li dan timnya kemudian menguji seberapa efisien strain virus itu dapat menginfeksi dan membunuh sel manusia.

Hasilnya, lebih dari 30 mutasi yang berbeda terdeteksi, di mana 19 di antaranya adalah jenis baru yang belum pernah ditemukan sejak COVID-19 menginfeksi manusia akhir 2019 lalu.

Baca Juga: Orang dalam Video Pertama Kali yang Diunggah oleh YouTube Akan Rayakan Ulang Tahun ke 15

"SARS-CoV-2 telah bermutasi, yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya," tulis Profesor Li dalam laporan penelitiannya.

South China Morning Post melaporkan para peneliti menemukan fakta bahwa beberapa mutasi virus dapat menyebabkan perubahan fungsional pada protein lonjakan virus.

Protein lonjakan adalah protein yang digunakan virus corona untuk menempelkan dirinya ke dalam sel manusia.

Baca Juga: Viral Kabar Jenazah Pasien Corona Tergeletak di Jalanan Ekuador, Begini Penjelasan Kedubes

Profesor Li dan timnya kemudian mencoba menginfeksi sel-sel dengan strain COVID-19 yang membawa mutasi virus berbeda-beda, hasilnya, strain yang paling agresif akan menghasilkan 270 kali viral load lebih banyak dibandingkan dengan strain yang paling lemah.

Dalam laporannya disebutkan bahwa strain agresif ini mampu membunuh sel manusia paling cepat.

"Hasil menunjukkan bahwa keragaman sebenarnya dari strain virus sebagian besar masih kurang dilihat," terang Profesor Li.

Baca Juga: Sinopsis 15 Minutes, Petualangan Detektif Mengungkap Kasus Rekaman Video Tayang Malam Ini

Studi ini dapat memiliki implikasi di masa depan pada pengobatan COVID-19 karena beberapa strain berbeda telah ditemukan diseluruh dunia.

"Pengembangan obat-obatan dan vaksin, meski mendesak, perlu diperhitungkan dampak akumulasi mutasi ini untuk menghindari jebakan potensial," kata Profesor Li.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: The Jerusalem Post

Tags

Terkini

Terpopuler