PM Belanda Minta Maaf ke Indonesia atas Kekejaman Perang 1945-1949

18 Februari 2022, 10:41 WIB
PM Belanda, Mark Rutte menyampaikan minta maaf ke Indonesia atas kekejaman perang kemerdekaan selama 1945-1949. /Instagram/@minpres/

PR DEPOK - Perdana Menteri (PM) Belanda, Mark Rutte minta maaf atas kekejaman perang kemerdekaan Indonesia yang dilakukan Belanda terhadap rakyat Indonesia pada saat itu.

Adapun pernyataan minta maaf ini muncul setelah penelitian yang didanai pemerintah sejak 2017 lalu, menemukan perlakuan buruk yang meluas dan eksekusi di luar proses hukum selama perang kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945-1949 silam.

Kekerasan ekstrem yang dilakukan militer dan dinas intelijen Belanda yang dikatakan dalam laporan tersebut disetujui oleh tingkat pemerintahan tertinggi, dengan semua pertimbangan tunduk pada tujuan untuk mempertahankan koloni.

Baca Juga: Dana JHT Biayai APBN dalam Bentuk SUN, Said Didu: Kenapa Uang Pekerja Harus Ditahan?

Oleh karena itu, Mark Rutte menyampaikan permintaan maafnya kepada seluruh rakyat Indonesia atas kekejaman yang terjadi pada saat perang kemerdekaan Indonesia.

Mark Rutte pun meminta maaf karena sikap tersebut terus diabaikan oleh kabinet-kabinet Belanda sebelumnya.

"Saya meminta maaf yang mendalam kepada rakyat Indonesia hari ini atas kekerasan ekstrem yang sistematis dan meluas oleh pihak Belanda pada tahun-tahun itu dan sikap yang terus-menerus diabaikan oleh kabinet-kabinet sebelumnya," katanya dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari The Guardian pada Jumat, 18 Februari 2022.

Baca Juga: Teka-Teki Polemik Komentar Doddy Sudrajat Minta Jatah Donasi Gala Sky, Denny Darko Sebut Fakta Mengejutkan!

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa sikap Belanda pada saat itu cenderung ke arah superioritas kolonial yang salah tempat.

"Budaya yang berlaku adalah budaya berpaling, melalaikan dan rasa superioritas kolonial yang salah tempat. Itu adalah realisasi yang menyakitkan, bahkan setelah bertahun-tahun," ungkapnya.

Salah seorang peneliti yang terlibat menuturkan bahwa sebagian perilaku Belanda, yang menurutnya kadang-kadang disebut sebagai "pemindahan teror" merupakan kelemahannya dalam menghadapi taktik gerilya.

Baca Juga: Fahri Hamzah Sebut DPR Rapat dengan BUMN Banyak Mudaratnya, Refly Harun: Potensial Terjadinya Kong Kali Kong

"Seringkali (sikap) itu muncul dari perasaan tidak berdaya, frustrasi, perasaan bahwa Anda telah memunggungi tembok. Mereka (Belanda) tidak mampu menangani konflik dengan cara militer biasa," paparnya.

Sebelumnya, Raja Belanda Willem-Alexander telah meminta maaf saat berkunjung ke Indonesia tahun 2020 lalu.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler