Catat Sejarah, Ratu Elizabeth Satu-satunya Anggota Kerajaan Inggris yang Berkuasa selama Tujuh Dekade

21 Februari 2022, 11:15 WIB
Potret Ratu Elizabeth yang berhasil mempertahankan takhta selama 70 tahun. /Pexels/Wikilmages

PR DEPOK - Ratu Elizabeth, pada awal Februari 2022, memperingati 70 tahun kekuasaanya di Inggris.

Ratu Elizabeth, merupakan penguasa Kerajaan Inggris pertama yang menghabiskan tujuh dekade di atas takhta dalam sebuah dinasti.

Ratu Elizabeth sukses mempertahankan takhtanya selama puluhan tahun dan mencetak sejarah di Kerajaan Inggris.

Baca Juga: Tengah Usut Kasus Korupsi, Seorang Jurnalis di Turki Meninggal Ditembak

Sang ratu pun telah memiliki banyak pencapaian selama berkuasa di Kerajaan Inggris.

Pencapaian tersebut seperti mempertahankan popularitas monarki Inggris dalam menghadapi perubahan politik, sosial dan budaya seismik yang mengancam akan membuat keluarga kerajaan paling terkenal di dunia menjadi anakronisme.

Dikutip dari Reuters pada Minggu, 20 Februari 2022, sejak menduduki kursi kerajaan, Ratu Elizabeth, telah dilayani oleh 14 perdana menteri, atau seperempat sejak Robert Walpe 300 tahun silam.

Baca Juga: Terkini, Andrea Dovizioso Bongkar Alasan Motor Fabio Quartararo Melesat Lebih Kencang

Selama menduduki takhta kerajaan Inggris, Ratu Elizabeth juga sudah bertemu 14 Presiden Amerika Serikat, kecuali Lyndon Johnson.

Ratu Elizabeth pun bukan tanpa alasan bisa berkuasa di Inggris selama tujuh dekade terakhir.

Pengandian Elizabeth yang tenang untuk tugas telah memenangkan dukungan dan rasa hormatnya di Inggris.

Baca Juga: Baliho Kampanye Antikorupsi KPK Dikritik, Firli Bahuri Minta Maaf: Saya Tidak Tahu Caranya

Hal ini berbeda dengan anggota keluarga kerajaan lainnya yang banyak terlibat dalam skandal.

Ratu Elizabeth yang dicintai disebut sebagai ikon Inggris dan lambang Inggris untuk beberapa hal.

"Dia adalah ikon, dia adalah ikon Inggris: dia adalah lambang Inggris dalam beberapa hal, kebanyakan orang di negara ini tidak pernah mengenal raja selain dia," kata salah seorang konsultan di Inggris, Steven Stepanian.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler