PR DEPOK - Pemerintah Turki menyatakan siap menjadi penengah bagi Rusia dan Ukraina yang sedang berkonflik.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan juga telah mengadakan diskusi dengan mitra terdekat Putin di Eropa, Presiden Belarus, Alexander Lukashenko.
Erdogan disebut mengadakan panggilan telepon dengan Lukashenko pada Senin 28 Februari kemarin.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Scorpio 2 Maret 2022: Akan Menerima Kunjungan Mendadak dari Seseorang di Masa Lalu
Topik bahasan utama Erdogan-Lukashenko adalah perkembangan invasi Rusia terhadap Ukraina.
Dikutip dari Reuters oleh PikiranRakyat-Depok.com, pembicaraan kedua kepala negara itu menitikberatkan pada gencatan senjata antara Rusia-Ukraina
Kendati demikian, menurut kantor Kepresidenan Turki, pembicaraan Erdogan-Lukashenko berakhir nihil dan belum menghasilkan kesepakatan.
Baca Juga: 4 Tanda Pasangan Sudah Tidak Mencintai Anda Lagi, Salah Satunya Terus Memberikan Kritik
Pihak Turki menyebut bahwa Ankara akan terus mengupayakan perdamaian di Kiev dan mencoba berdiplomasi dengan kedua negara yang terlibat konflik.
Ankara juga akan memanfaatkan hubungan baiknya dengan Moskow dan Kiev untuk mencari jalan keluar agar invasi Rusia segera dihentikan.
Sementara itu, pihak Belarus sebagai poros pembela pemerintahan Putin menyatakan siap untuk membantu Rusia jika diperlukan.
Baca Juga: Meski Perang dengan Ukraina, Negara Barat Tetap Bayar Rusia 1 Miliar Dolar Setiap Hari
Presiden Lukashenko bahkan telah mengizinkan negaranya 'menampung' pasukan dan senjata jika diminta oleh Kremlin.
Belarus sendiri nampak tidak akan meminta Putin untuk menarik pasukan dari Ukraina meski sempat menjadi mediator perdamaian bagi Ukraina dan Rusia.
Pembicaraan damai antara pihak Rusia-Ukraina berlangsung di Belarus dengan Lukashenko yang menjamin keamanan bagi para diplomat dari Kiev.
Baca Juga: Selalu Tenang Saat Menghadapi Masalah, 4 Zodiak Berikut Cocok Jadi Panutan
Sampai saat ini kata damai belum ditemui karena pihak Ukraina baru akan menurunkan senjata setelah Rusia menarik diri dari Kiev.
Sedangkan Kremlin bersikukuh mengultimatum Preseden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk segera menyerah .***