WHO Sebut Lonjakan Covid-19 di Seluruh Dunia Hanyalah 'Puncak Gunung Es'

17 Maret 2022, 19:45 WIB
Ilustrasi Covid-19 yang mengalami lonjakan di seluruh dunia. /cottonbro/Pexels

PR DEPOK - Kasus Covid-19 di seluruh dunia kini telah mengalami lonjakan yang sangat serius, karena beberapa negara telah melaporkan penurunan tingkat pengujian.

Hal tersebut disampaikan oleg Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa, 16 Maret 2022, yang juga memperingatkan agar negara-negara semakin waspada terhadap Covid-19.

Setelah lebih dari sebulan penurunan, kasus Covid-19 mulai mengalami lonjakan di seluruh dunia minggu lalu, kata WHO.

Baca Juga: Rayakan Ramadhan 1443 dengan 7 Twibbon Menarik Ini, Bisa Disebarkan ke WhatsApp dan Instagram

Di Asia, penguncian besar telah terjadi di Provinsi Jilin, China yang kini berjuang untuk menahan wabah Covid-19 tersebut.

Kombinasi beberapa faktor menyebabkan peningkatan, termasuk varian Omicron yang sangat menular dan turunan BA.2-nya, dan pencabutan tindakan kesehatan masyarakat dan sosial, kata WHO.

"Peningkatan ini terjadi meskipun ada pengurangan pengujian di beberapa negara, yang berarti kasus yang kami lihat hanyalah puncak gunung es," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan, seperti dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters.

Baca Juga: Mengenal Sisi Gelap dari Kehidupan Orang Sukses, Selalu Iri dan Kesepian

Tingkat vaksinasi yang rendah di beberapa negara, sebagian didorong oleh 'sejumlah besar informasi yang salah' juga menjelaskan kenaikan tersebut, kata pejabat WHO.

Infeksi baru melonjak 8% secara global dibandingkan dengan minggu sebelumnya, dengan 11 juta kasus baru dan lebih dari 43.000 kematian baru dilaporkan dari 7-13 Maret. Ini merupakan kenaikan pertama sejak akhir Januari.

Lompatan terbesar terjadi di wilayah Pasifik Barat WHO, yang mencakup Korea Selatan dan China, di mana kasus meningkat 25% dan kematian 27%.

Baca Juga: Alami Keluhan ISK, Seorang Wanita Terkejut Usai Melihat Ada Gelas Tersangkut di Kandung Kemih

Afrika juga mengalami peningkatan 12% dalam kasus baru dan 14% peningkatan kematian, dan Eropa meningkat 2% dalam kasus tetapi tidak ada lonjakan kematian.

Wilayah lain melaporkan penurunan kasus, termasuk wilayah Mediterania timur, meskipun wilayah ini mengalami peningkatan kematian sebesar 38% terkait dengan lonjakan infeksi sebelumnya.

Sejumlah ahli telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Eropa menghadapi gelombang virus corona lain, dengan kasus meningkat sejak awal Maret di Austria, Jerman, Swiss, Belanda, dan Inggris.

Baca Juga: Link, Syarat, dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 24 yang Resmi Dibuka Hari Ini

Maria Van Kerkhove dari WHO mengatakan pada briefing bahwa BA.2 tampaknya menjadi varian yang paling menular sejauh ini.

Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa itu menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan tidak ada bukti bahwa varian baru lainnya mendorong peningkatan kasus.

Gambaran di Eropa juga tidak universal. Denmark, misalnya, mengalami puncak singkat dalam kasus pada paruh pertama Februari, didorong oleh BA.2, yang dengan cepat mereda.

Baca Juga: Link Cek Bansos BPNT 2022 untuk Cairkan Bantuan Rp600 Ribu

Tetapi para ahli telah mulai memperingatkan bahwa Amerika Serikat dapat segera melihat gelombang serupa dengan yang terlihat di Eropa, yang berpotensi didorong oleh BA.2, pencabutan pembatasan dan potensi berkurangnya kekebalan dari vaksin yang diberikan beberapa bulan lalu.

"Saya setuju dengan pelonggaran pembatasan, karena Anda tidak dapat menganggapnya sebagai keadaan darurat setelah dua tahun," kata Antonella Viola, profesor imunologi di Universitas Padua Italia.

Lebih lanjut menurutnya, orang-orang saat ini hanya harus menghindari pemikiran bahwa Covid-19 sudah tidak ada lagi.

"Dan oleh karena itu tetap lakukan langkah-langkah yang sangat diperlukan, yang pada dasarnya adalah pemantauan dan pelacakan kasus secara terus menerus, dan pemeliharaan kewajiban memakai masker di tempat-tempat tertutup atau sangat ramai," pungkasnya.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler