PR DEPOK – Sebuah badan keamanan di Iran mengatakan lebih dari 200 orang telah tewas sejak September akibat kerusuhan yang terjadi di negara itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Al Jazeera, dewan keamanan negara dari kementerian dalam negeri Iran memberikan korban tewas pertama yang dikatakan sebagai akibat dari "kerusuhan".
Dikatakan bahwa yang meninggal termasuk pasukan keamanan, mereka yang terbunuh dalam "aksi teroris", mereka yang dibunuh oleh kelompok yang berafiliasi dengan asing dan dijebak sebagai dibunuh oleh negara, "perusuh" dan "elemen bersenjata anti-revolusioner yang menjadi anggota kelompok separatis".
Badan keamanan itu juga mengutip apa yang disebut sebagai orang tak bersalah yang tewas dalam kondisi keamanan yang kacau balau tetapi tidak mengungkapkan bagaimana mereka dibunuh.
Baca Juga: Rekomendasi Lagu K-Pop Bertema Liburan Akhir Tahun tuk Rayakan Natal dan Tahun Baru 2023
Pengumuman itu muncul beberapa hari setelah Amir Ali Hajizadeh, seorang jenderal tinggi di Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), mengatakan lebih dari 300 orang telah mati syahid dan terbunuh selama kerusuhan.
Angka tersebut lebih rendah dari yang diberikan oleh sejumlah organisasi HAM berbasis asing, yang menyebutkan jumlah korban tewas lebih dari 400 orang.
Protes meletus di seluruh Iran tak lama setelah kematian Mahsa Amini pada 16 September, seorang wanita berusia 22 tahun yang ditangkap oleh polisi moralitas negara itu di Teheran karena diduga tidak mematuhi aturan berpakaian.
Pihak berwenang Iran menuduh Amerika Serikat, Israel, Inggris dan Arab Saudi berada di balik kerusuhan itu.
Pernyataan badan keamanan juga menekankan peran intervensi asing dalam protes tersebut.
Menurut mereka, Iran telah berurusan dengan "perang hibrida" yang dilancarkan oleh negara musuh dan kelompok media "teroris".
“Apa yang disaksikan hari ini oleh rakyat bukanlah protes sipil, melainkan perusakan, kekerasan, dan ketidakamanan oleh minoritas perusuh,” katanya.
PBB telah meminta otoritas Iran untuk menahan diri dari menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dalam menanggapi protes.
PBB juga menyerukan pembebasan sejumlah tahanan politik sambil menentang hukuman mati terkait dengan protes tersebut.
Bulan lalu, Dewan Hak Asasi Manusia PBB memilih untuk meluncurkan misi pencarian fakta untuk menyelidiki protes tersebut. Teheran mengutuknya sebagai upaya politik yang dikatakan tidak akan bekerja sama.***