Akibat Pandemi Virus Corona, Sejumlah Geisha di Jepang Khawatir Profesinya Akan Hilang

18 Juli 2020, 11:47 WIB
Ikuko yang berprofesi sebagai Geisha di distrik Aksaka Tokyo tengah menyisir wig yang kerap digunakan saat bekerja.* /Reuters

PR DEPOK - Pandemi Virus Corona hingga kini telah memberikan dampak nyata kepada sejumlah elemen masyarakat di seluruh negara di dunia.

Tak sedikit masyarakat yang mengalami ketakutan hingga kesusahan hidup sejak merebaknya pandemi yang awal ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir Desember 2019 itu.

Dampak pandemi Virus Corona pun dirasakan oleh sekelompok seniman atau penghibur tradisional asal Jepang, Geisha yang terkenal karena percakapan yang cerdas, keindahan, dan keterampilan dalam seni tradisional.

Baca Juga: Ikut Dukung Gibran Rakabuming dan Teguh Prakosa, PAN: Pasangan Anak Muda dan Orang Berpengalaman 

Ikuko misalnya, seorang Geisha dari distrik Akasaka Tokyo yang mau membagikan ceritanya setelah adanya pandemi Virus Corona di dunia, terutama di Jepang.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari New York Post, Sabtu 18 Juli 2020, Ikuko mengatakan bahwa dirinya takut akan profesinya yang sudah dilakoni berabad-abad tidak akan kembali seperti sedia kala sebelum adanya pandemi Virus Corona.

Meskipun jumlah telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, Ikuko mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya sudah tidak bekerja selama berbulan-bulan karena keadaan darurat Jepang ditambah saat ini negaranya menerapkan aturan jarak sosial yang ketat.

"Ada lebih dari 400 Geisha di Akasaka ketika saya datang, jadi banyak yang tidak bisa mengingat nama mereka. Tapi sekarang zaman sudah berubah," ucap Ikuko.

Baca Juga: Dukung Keputusan Penundaan Pembukaan Bioskop, CGV: Memang Cukup Rentan Tertular Covid-19 

Perempuan berusia 80 tahun itu mengatakan bahwa saat ini yang berprofesi sebagai Geisha hanya tersisa sekitar 20 orang di distrik Akasaka Tokyo.

Dengan adanya pandemi Virus Corona, kata dia, hal tersebut telah membuat banyak orang khawatir untuk menghabiskan waktu berjam-jam di kamar tradisional tempat para Geisha menghibur.

"Penghasilan kami turun ke nol. Aku punya sedikit persiapan, tapi sudah sangat sulit bagi yang lebih muda," kata Ikuko.

Lebih lanjut, Ikuko menyebutkan bahwa saat ini terdapat aturan baru yakni tidak boleh menuangkan minuman untuk pelanggan atau menyentuhnya bahkan untuk berjabat tangan duduk pun di atur sejauh dua meter dan diwajibkan mengenakan masker meski kesulitan saat dikenakan dengan wig.

Baca Juga: Pesan Megawati Soekarnoputri untuk Calon Kepala Daerah: Kerja Keras dan Hadir di Tengah Rakyat 

"Ketika Anda duduk dekat, Anda dapat berbicara dengan perasaan dan gairah Anda datang. Tapi perasaan itu sudah berubah ketika Anda diwajibkan terpisah dua meter," ucapnya.

Sementara itu, seorang Geisha lainnya bernama Mayu (47) pun mengaku khawatir akan profesinya sebagai Geisha akan hilang sejak merebaknya pandemi Virus Corona.

"Saya hanya penuh kecemasan. Saya hanya bisa melihat foto-foto saya saat bekerja sebagai Geisha," katanya.

Lebih lanjuut, Mayu mengatakan bahwa dirinya pun sangat khawatir akan datang gelombang kedua pandemi Virus Corona.

Baca Juga: Resmi Maju dalam Pilkada Solo 2020, Gibran Rakabuming Ucapkan 'Terima Kasih' kepada Megawati 

Kekhawatiran dengan adanya pandemi Virus Corona di Jepang nyatanya bukan dirasakan oleh pegiat Geisha saja, penampil Jiutamai (tarian wanita kuno), penata rias, penata wig, dan penata kimono juga merasakan hal yang sama.

Mereka pun mengaku khawatir pandemi Virus Corona akan terus merusak profesi yang sudah digelutinya selama bertahun-tahun.

Seorang penata wajah geisha yang sudah menghabiskan waktu dalam beberapa dekade, Mitsunaga Kanda mengatakan bahwa sebagian acara yang sebelumnya sudah disepakati pada akhirnya harus dibatalkan.***

 
Editor: M Bayu Pratama

Sumber: New York Post

Tags

Terkini

Terpopuler