Data Vaksin Virus Corona Coba Diretas, Tiga Negara Ini Ramai-ramai Tuduh Rusia sebagai Pelakunya

18 Juli 2020, 12:06 WIB
Ilustrasi peretasan.* /Reuters

PR DEPOK - Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris atau NCSC mengatakan bahwa peretas yang didukung oleh negara Rusia telah berusaha untuk mencuri vaksin Virus Corona dari penelitian perawatan dari institusi akademik dan farmasi di seluruh dunia.

Dalam pernyataan yang terkoordinasi, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Kanada secara sepakat menuduh peretas tersebut dari kelompok APT29 dikenal juga sebagai Cozy Bear yang beroperasi sebagai bagian dari layanan intelijen Rusia.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters, Sabtu 18 Juli 2020, Direktur Operasi NCSC Paul Chichester secara tegas mengutuk tindakan percobaan untuk meretas data penting terkait pandemi Virus Corona.

Baca Juga: Resmi Maju dalam Pilkada Solo 2020, Gibran Rakabuming Ucapkan 'Terima Kasih' kepada Megawati 

"Kami mengutuk serangan tersebut terhadap mereka yang melakukan pekerjaan penting dalam memerangi pandemi Virus Corona," kata Paul Chichester.

Peneliti Cybersecurity mengatakan alat peretas APT29 digunakan kepada klien yang berlokasi di AS, Jepang, Tiongkok, dan Afrika selama dalam kurun waktu setahun terakhir.

Dilaporkan kantor berita Rusia, Juru Bicara Dmitry Peskov mengatakan Kremlim menolak tuduhan Inggris tersebut. Karena menurutnya, tuduhan tersebut tidak didukung dengan bukti yang kuat dan tepat.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris, Dominic Raab mengatakan itu (percobaan peretasan) benar-benar tidak dapat diterima yang dilakukan badan intelijen Rusia untuk menargetkan pekerjaan penting melawan pandemi Virus Corona.

Baca Juga: Akibat Pandemi Virus Corona, Sejumlah Geisha di Jepang Khawatir Profesinya Akan Hilang 

"Mereka (Rusia) dengan sembrono melakukan hal itu di saat Inggris dan negara sekutu sedang bekerja keras untuk menemukan vaksin demi melindungi kesehatan global," kata Dominic Raab.

Lebih lanjut, Dominic Raab mengatakan bahwa Inggris akan bekerja dengan negara sekutu untuk meminta pertanggungjawaban pelaku yang mencoba meretas data-data penting dalam mencari vaksin.

Sementara itu dalam pengumuman terpisah, Inggris juga menuduh 'aktor Rusia' berusaha ikut campur dalam pemilihan 2019 dengan mencoba menyebarkan dokumen yang bocor secara online.

Baca Juga: Karena PR Selama Pembelajaran Online Satu Semester Tidak Selesai, Siswi SMP Ini Dipenjarakan 

Lagi dan lagi tuduhan tersebut ditepis secara tegas oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia, dengan mengatakan tuduhan tersebut 'berkabut dan bertentangan'.

Pemerintah Inggris diperkirakan pada pekan depan akan segera menerbitkan laporan yang sempat lama tertunda mengenai pengaruh Rusia dalam politik Inggris.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler