Telur Paskah sebagai Simbol Kebangkitan Kristus, Mapan Sejak Abad Pertengahan di Eropa

6 April 2023, 20:15 WIB
Mengenal sejarah telur paskah sebagai simbol kebangkitan Kristus, simbol ini mapan sejak abad pertengahan Eropa.* /Pixabay/Silviarita

PR DEPOK - Umat Kristen Protestan dan Roma Katolik akan merayakan Kebangkitan Yesus Kristus atau Paskah pada Minggu, 9 April 2023.

Secara teologis, rangkaian peribadatan Paskah disebut sebagai Triduum Paskah. Perayaan Triduum Paskah meliputi Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, dan Paskah.

Salah satu ikon yang identik dengan perayaan Paskah adalah telur, sekilas seperti bertolak belakang dengan narasi kebangkitan Kristus.

Di dunia Barat, peristiwa Paskah kerap bertepatan dengan musim semi, di tengah tanaman bermekaran dan hewan-hewan melahirkan. Dengan demikian, masyarakat Eropa memahami telur sebagai simbol kelahiran kembali dan kesuburan.

Baca Juga: 10 Ucapan Jumat Agung, Sederhana tapi Penuh Makna

Alhasil, peristiwa klimatologis dan biologis tersebut dimaknai secara teologis sebagai simbol dari kebangkitan Yesus Kristus. Pemaknaan tersebut melahirkan sebuah julukan telur paskah.

Namun, kalau ditelusuri lebih jauh secara antropologis, metafora telur Paskah ini sudah berlangsung sejak Abad Pertengahan di Eropa.

Bahkan, simbol telur Paskah tidak murni lahir dari kalangan Kristen Eropa, melainkan dari tradisi pra-Kristen di Eropa.

"Banyak ahli percaya bahwa Paskah berawal dari festival awal Anglo-Saxon yang merayakan dewi Eastre, dan datangnya musim semi, dalam artian kebangkitan alam setelah musim dingin," kata Carole Levin, Profesor Sejarah dan Direktur Program Studi Abad Pertengahan dan Renaisans di Universitas Nebraska," dikutip oleh PikiranRakyat.Depok.com dari TIME, Kamis, 6 April 2023.

Baca Juga: Berikut Dampak Puasa Ramadan Bagi Kesehatan Janin

"Beberapa misionaris Kristen berharap bahwa merayakan hari-hari suci Kristen pada waktu yang sama dengan festival pagan akan mendorong pertobatan, terutama jika beberapa simbol terbawa. Telur adalah bagian dari perayaan Eastre. Rupanya telur dimakan pada festival tersebut dan mungkin juga dikubur di dalam tanah untuk mendorong kesuburan."

Tidak hanya itu, ada juga narasi alternatif tentang telur Paskah dengan pemaknaan sosial karena terdapat unsur amal dan derma.

Selama satu bulan lebih, umat Kristen menjalani puasa selama masa Prapaskah untuk menyambut perayaan Triduum Paskah.

Dalam puasa tersebut, Umat Kristen dilarang untuk mengasup daging atau produk hewani apa pun antara lain keju, susu, krim, dan telur.

Baca Juga: Viral Pengobatan Ida Dayak, Pengamat Ungkap 7 Alasan Warga Membludak

Alhasil, ayam ternak umat Kristen yang bertelur pada saat masa prapaskah direbus dan disimpan agar dapat dibagikan kepada umum pada hari Paskah.

Menurut Henry Kelly, pengajar Abad Pertengahan di Universitas California, Los Angeles bahwa masa Prapaskah berakhir saat menjelang Paskah, maka telur-telur tersebut akan dibagikan, biasanya kepada orang miskin yang tidak mampu membeli daging untuk perayaan Paskah.

Sementara itu, telur Paskah selain menjadi simbol kebangkitan Yesus Kristus dan bentuk derma kepada orang miskin, telur Paskah juga menjadi simbol estetik pada hari Paskah.

Ronald Hutton dalam Station of the Sun: A History of the Ritual Year in British menceritakan bahwa salah satu bukti paling awal tentang telur yang diwarnai dalam sejarah Inggris berasal dari abad 13.

Baca Juga: Bansos Beras 30 Kg Resmi Cair 5 April 2023 Lewat Pos Indonesia, Cek Penerima dan Penyalurannya

Saat itu bagian rumah tangga Edward I membeli 450 butir telur untuk diwarnai atau dilapisi dengan daun emas untuk dihadiahkan kepada rombongan kerajaan pada hari Paskah.

Selain itu, Hutton juga menyebutkan bahwa 2 abad kemudian, Vatikan mengirimi Henry VIII sebuah telur dibungkus dalam kotak perak sebagai hadiah musiman. Benda-benda semacam itu juga dikenal sebagai telur perak.

Pada abad ke-13 penduduk desa di Inggris membawa hadiah telur Paskah kepada bangsawan mereka, dan telur juga menjadi persembahan khusus kepada gereja pada Jumat Agung.

Ada bukti bahwa telur-telur tersebut diwarnai, khususnya merah sebagai simbol sukacita. Biasanya, telur-telur tersebut diberikan sebagai hadiah pada abad 16 dan 17.

Baca Juga: Akses dan Cek Link cekbansos.kemensos.go.id untuk Mengetahui Nama Penerima PKH Lansia

Bahkan, hingga abad ke-18 sebagian penduduk masih menggunakan telur untuk membayar iuran Paskah, di tengah kaum bangsawan sudah beralih ke uang tunai.

Menjelang akhir abad 19 dan awal abad 20, telur Paskah yang diwarnai menjadi hadiah bagi anak-anak, bukan gereja, kaum miskin, atau pemerintah setempat.

Pada masa Victoria terjadi perubahan budaya secara drastis dalam ruang keluarga, dan Paskah mengalami pergeseran makna kepada kehidupan keluarga yang ramah, khususnya kepada anak-anak.

Anthony Aveni dalam The Book of the Year: A Brief History of Our Seasonal Holidays mengatakan bahwa kelas menengah masa Victoria memiliki ketertarikan pada tradisi lama sehingga tradisi berburu telur Paskah atau kelinci Paskah yang mengantarkan telur Paskah.

Baca Juga: Update Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru Lebaran 2023 di Kota Cirebon, Simak Cara Penukarannya di Sini

Kelas pekerja mulai mengadopsi tradisi ini pada paruh pertama abad ke-20 karena upah mereka sedikit meningkat, sehingga mereka dapat berinvestasi lebih banyak untuk perayaan hari raya.

Ketika Paskah dimasukkan ke dalam jadwal hari libur nasional resmi sehingga para pekerja juga mendapatkan waktu libur, hal itu meningkatkan status Paskah dan memberikan insentif untuk menemukan hal-hal istimewa untuk dilakukan pada hari itu.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: TIME

Tags

Terkini

Terpopuler