Cegah Potensi Pandemi Baru, Vaksin Chikungunya Pertama di Dunia Lolos Uji Tes di Amerika Serikat

13 Juni 2023, 12:47 WIB
Ilustrasi vaksin Chikungunya. /Freepik

PR DEPOK – Valneva, perusahaan pembuat obat asal Prancis, berhasil membuat Vaksin Chikungunya seperti yang dilaporkan dari hasil penelitian selasa ini. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini menyebabkan wabah endemik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Saat ini belum ada Vaksin Chikungunya atau perawatan yang tersedia untuk chikungunya. Oleh karena itu temuan Vaksin Chikungunya oleh Valneva ini merupakan sebuah terobosan dalam menanggulangi penyakit ini.

Uji coba terhadap Vaksin Chikungunya Valneva yang disebutnya sebagai VLA1553 telah ditinjau oleh otoritas kesehatan setempat dan telah diajukan permohonan untuk distribusinya di Amerika Serikat dan Kanada.

Baca Juga: Besok Mulai Dibuka Jakarta Fair 2023, Begini Line Up Konser dan Cara Beli Tiketnya

Dr. Martina Schneider, Manajer strategi klinis Valneva dan penulis utama laporan penelitian tersebut menyebutkan bahwa hasil vaksinnya menjanjikan.

“Ini bisa menjadi vaksin chikungunya pertama yang tersedia untuk orang yang tinggal di daerah endemik, serta untuk pelancong ke daerah endemik atau daerah berisiko wabah yang akan datang,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Di Indonesia, pusat data Kemenkes RI menyebutkan sepanjang 2019 telah terjadi setidaknya 5000 kasus yang tersebar di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat, Lampung dan Gorontalo. Sementara, di seluruh Asia sepanjang 2019 telah tercatat 1,9 juta kasus dengan persebaran ke negara-negara seperti India, Indonesia, Maladewa, Myanmar dan Thailand.

Baca Juga: Hits Banget! Kunjungi Tempat Bakso Terpopuler dan Terlaris di Karawang Barat Ini

Chikungunya disebarkan oleh nyamuk yang sama dengan penyebab demam berdarah dengue (DBD), yaitu Aedes Aegypti, hanya saja ada perbedaan pada virus yang menginfeksinya. Chikungunya disebabkan oleh Togaviridae alphavirus, sementara DBD disebabkan oleh Flaviviridae flavivirus.

Kementerian Kesehatan menyebutkan gejala chikungunya kebanyakan menyebabkan penderita mengalami gejala yang timbul dalam 3 sampai 7 hari setelah tergigit nyamuk. Gejala-gejalanya meliputi antara lain: demam hingga 39oC, ruam kemerahan, nyeri otot dan sendi, nyeri tulang, sendi bengkak, sakit kepala, lemas hingga muntah-muntah.

Umumnya gejala-gejala tersebut akan membaik dalam kurun waktu satu minggu. Namun, sebagian penderita bisa merasakan nyeri sendi hingga berbulan-bulan. Selain itu, walaupun jarang, gejala chikungunya yang parah juga bisa menyebabkan kelumpuhan sementara.

Baca Juga: Info Jadwal Kartu Prakerja Gelombang 55 Dibuka, Login ke www.prakerja.go.id Sekarang

Seiring dengan perubahan iklim ekstrim di seluruh dunia, para pakar kesehatan khawatir bahwa nyamuk pembawa chikungunya dapat tersebar ke wilayah-wilayah baru. Bahkan ada kemungkinan virus pembawa penyakit ini dapat menjadi potensi ancaman pandemi di masa depan.

Dalam kesempatan terpisah Dr. Kathryn Stephenson, seorang spesialis penyakit menular di Beth Israel Deaconess Medical Center di AS, mengatakan studi baru ini adalah “kabar baik untuk kesiapsiagaan pandemi virus chikungunya.***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: Straits Times yamkes.kemkes.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler