Penyebaran Covid-19 Kian Melonjak, London Kembali Terapkan Lockdown

21 September 2020, 11:57 WIB
Kota London /rumahkita.id

PR DEPOK - Neil Ferguson, Profesor ahli epidemiologi di London Imperial College sekaligus sebagai mantan penasihat pemerintah menegaskan saat ini ibu kota Inggris itu tengah dihadapkan oleh masalah dalam peningkatan jumlah kasus yang diakibatkan dari Covid-19 disaat masyarakat telah kembali bekerja dan sekolah.

Dikutip oleh Pikiranrakyat-depok.com dari Reuters, hal serupa juga diungkapkan oleh Perdana Menteri Boris Johnson yang menjelaskan jika pihaknya tidak ingin ada upaya dalam penutupan sosial.

Namun, pada penerapan pembatasan baru mungkin diperlukan, hal itu lantaran kondisi negara saat ini tengah menghadapi gelombang kedua pada Covid-19 yang tidak bisa untuk dihindarkan.

Baca Juga: Mengaku Temukan Virus Corona dalam Cumi-cumi Kemasan Impor Rusia, Tiongkok Minta Warga Tes Masif

"Saya pikir beberapa tindakan tambahan mungkin dibutuhkan lebih cepat daripada nanti," kata Ferguson.

Diketahui pada Jumat, 18 September 2020, para Menteri melaksanakan pembicaraan mengenai pertimbangan dalam penguncian nasional yang kedua, dilihat dengan ada penambahan kasus Covid-19 baru yang kini sudah mecapai tahapan tertinggi dalam kurun waktu beberapa bulan.

Hal tersebut terlihat dari kondisi penerimaan pasien di rumah sakit yang kian meningkat serta melonjak pesat akibat adanya paparan virus yang terdapat di seluruh bagian utara negara Inggris khususnya London.

Baca Juga: Minta Presiden Tunda Pilkada 2020, Fachrul Razi: Sekarang Lawan Kita Covid Bukan Rival Politik

"Disaat seperti saat kami berada pada tahap infeksi, yang kami lihat di negara ini pada akhir bulan Februari, dan jika kami membiarkannya pada dua hingga empat minggu lagi kami akan kembali ke tingkat yang tinggi, kami lihat lebih banyak pada pertengahan dibulan Maret, dan itu bisa menyebabkan faktor kematian," ujar Ferguson.

Dilaporakan pada data pemerintah pada Sabtu, menunjukan angka 4.422 kasus baru, pada 100 lebih terdapat banyak di hari Jumat.

Total kasus harian tertinggi sejak 8 Mei lalu, berdasarkan hasil tes yang menunjukan hasil positif menjadi sumber tingkat infeksi yang menunjukan kemungkinan pada besaran yang lebih meningkat.

Baca Juga: Kondisi Terkini Menag Fachrul Razi Usai Positif Covid-19, Jalani Isolasi dan Istirahat Total

Diketahui laporan pada Badan Statistik Inggris yang mengarahkan sekitar 6.000 orang pada setiap harinya, memungkinkan akan terjadi penularan penyakit dalam kurun waktu seminggu hingga 10 September.

Hal tersebut didapat pada proses pengujian acak.

Pada Sabtu, 19 September 2020 Boris Johnson menegaskan, bagi orang yang sudah melakukan kontak dengan seseorang yang telah terinfeksi Covid-19, maka diharapkan orang tersebut harus melakukan isolasi mandiri.

Baca Juga: Ada TMMD, Anak-anak Kalinusu Juga Berharap Punya Jalan Tembus ke Maribaya

Namun, bilamana ternyata mereka melanggar aturan tersebut, maka mereka akan dikenakan denda hingga 10.000 pound.

Aturan tersebut akan berlaku mulai 28 September bagi siapapun masyarakat di Inggris yang hasil testnya telah, menunjukan hasil positif terkena Covid-19 atau pihak petugas kesehatan akan menginformasikan kepada mereka bahwa telah melakukan kontak dengan seseorang yang sudah terinfeksi.

Dalam sebuah pernyaatan Johnson, mengungkapkan bagi masyarakat yang mengabaikan aturan tersebut akan diberikan denda yang signifikan.

Baca Juga: Dikabarkan Maju di ajang Pilpres 2024, Dokter Tirta Akan Gandeng Jerinx SID sebagai Partner Politik

Penerapan denda akan dimulai dari nominal sejumlah 1.000 pound bagi pelanggaran satu, hingga naik menjadi 10.000 pound bagi pelanggara yang mengulang kasus tersebut di mana hal tersebut dapat dilakukan apabila pemimpin akan mengancam untuk memecat staf yang akan mengisolasi diri daripada bekerja.

Nicola Sturgeon, Menteri Pertama Skotlandia memohon agar Johnson dapat hadir dengan para pemimpin pemerintah devolusi Wales dan Irlandia dalam dua ahari kedepan guna memastikan tindakan tersebut sudah terkoodinasi pada berbagai bagian negara di Inggris.

Nicola Sturgeon berpendapat pihaknya mengetahui terdapat penanganan di diawal tahun berkaitan dengan kecepatan dan ketegasan dalam pengambilan suatu tindakan penting guna menghalau pandemi Covid-19.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler