PR DEPOK - Seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Tiongkok bernama Wang Yun dilaporkan tega meracuni muridnya dengan memberikan bubur yang dicampur dengan zat berbahaya.
Diketahui Wang tega melakukan tindakan tersebut pada para muridnya setelah berdebat dengan rekan sesama guru lainnya mengenai manajemen siswa.
Ia diduga telah melakukan tindakan tersebut pada 25 orang anak didiknya.
Pengadilan di Jiaozuo Tiongkok pada Senin 28 September 2020 menganggap tindakan yang dilakukan guru Wang dari TK Mengmeng Tiongkok itu sebagai perbuatan tercela dan kejam.
Baca Juga: Gelar Razia dan Mengarak Keranda Berisi Boneka Pocong, Petugas Tunjukkan Covid-19 Bisa Picu Kematian
Insiden pemberian bubur beracun tersebut terjadi pada 27 Maret 2019 sebagai bentuk balas dendam setelah berdebat dengan teman sesama guru.
Sodium nitrit yang dicampurkan Wang pada bubur muridnya adalah zat aditif makanan yang sering digunakan untuk mengawetkan daging.
Sodium nitrit diketahui sangat beracun karena dapat ditemui dalam pupuk, amunisi hingga bahan peledak.
Dalam kadar yang tinggi, zat sodium nitrit dapat mencegah tubuh dalam penyerapan oksigen dengan baik.
Orang tua salah satu siswa Wang mengatakan langsung bergegas ke sekolah tempat anaknya belajar setelah mendapat panggilan bahwa anaknya muntah dan pingsan.
“Muntahan itu ada di seluruh celana mereka. Ada anak-anak lain juga yang muntah dan mereka tampak pucat,” katanya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari New York Post.
Baca Juga: Transmisi Covid-19 Dinilai Masih Tinggi, PSBB Pra-AKB Kabupaten Bogor Berlanjut Hingga Akhir Oktober
Buntut dari insiden itu diketahui telah merenggut nyawa salah satu murid TK usai berjuang menjalani perawatan di rumah sakit selama 10 bulan akibat keracunan.
Lebih lanjut salah satu orang tua murid mengatakan rasa bubur beracun itu menurut anaknya.
“Anak-anak itu mengatakan bubur itu terasa asin,” ucapnya.
Pengadilan mengatakan Wang juga menggunakan zat natrium nitrit yang dibeli secara online.
Atas perbuatannya tersebut Wang terancam hukuman berat hingga hukuman mati.***