Sambut Baik Kekalahan Donald Trump, Tapi Warga Palestina Tetap Waspada dengan Joe Biden

8 November 2020, 14:25 WIB
Presiden terpilih AS, Joe Biden. /Instagram/@joebiden./

PR DEPOK - Palestina telah menunggu pergantian presiden Amerika Serikat (AS) selama tiga tahun, berhaap mendapat kesempatan untuk me-reset hubungan dengan Washington.

Meski begitu, hingga kini tidak ada tanggapan dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas setelah Joe Biden dinyatakan sebagai pemenang dalam Pilpres AS 2020.

Tetapi, keputusan penting pertama yang dihadapi Abbas adalah apakah dia akan melanjutkan kontak politik dengan AS.

Baca Juga: Jadi Presiden dan Wakil Presiden, Biden-Harris: Amerika adalah Peluang, Setiap Orang Berhak Bermimpi

Tiga tahun lalu, Abbas memutuskan kontak dengan Gedung Putih. Hal itu lantaran, Abbas menuduh Donald Trump pro-Israel atau keputusannya untuk memutuskan kebijakan AS selama 10 tahun dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedubes AS ke kota tersebut.

"Kami tidak mengharapkan transformasi ajaib, tetapi setidaknya kami mengharapkan kebijakan yang berbahay dari Donald Trump benar-benar berhenti."

"Mereka harus mengubah arah dan menangani pertanyaan Palestina atas dasar legilitas, persamaan, dan keadilan. Bukan atas dasar menanggapi kepentingan khusus dari lobi pro-Israel atau apa pun," kata Hanan AShrawi, anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Di Kota Ramallah Tepi Barat, tukang sepatu Palestina bernama Imad Haj Muhammad mengaku senang melihat Donald Trump pergi, meskipun dia menghasilkan uang dengan menjual sepatu bertuliskan nama Donald Trump, tanda tidak hormat dalam budaya Arab.

Baca Juga: Jadi Wakil Presiden AS Wanita Pertama, Segini Harta Kekayaan Kamala Harris

Akan tetapi, pria bersuai 57 tahun ini tetap berhati-hati tentang kepresidenan Joe Biden. Ia pun menyampaikan pesan kepada Joe Biden, "Kami berharap pemerintah AS akan mengubah kebijakannya tentang Palestina. Jangan dukung pendudukan."

Adapun keputusan Donald Trump lainnya yang membuat marah Palestina adalah pemotongan bantuan, pencabutan dana badan PBB yang menangani pengungsi Palestina serta penutupan misi diplomatik Palestina di Washington.

Joe Biden sebelumnya mengatakan bahwa dirinya akan mengembalikan dana ke Tepi Barat dan Gaza.

Dia juga di masa lalu menentang pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat. Bahkan, mendukung solusi dua negara untuk konflik tersebut.

Baca Juga: Mulai Pekan Depan, Kemungkinan Besar Jakarta Mulai Izinkan Warganya Menikah di Gedung Pertemuan

Hal tersebut merupakan sebuah formula yang akan melihat negara Palestina di masa depan hidup berdampingan bersama Israel.

Meski begitu, tidak ada kemungkinan memindahkan kedutaan AS dari Yerusalem ke Tel Aviv.

Dan dia menyambut baik kesepakatan "normalisasi" Israel yang baru-baru ini diumumkan dengan Uni Emirate Arab (UEA), Bahrain, dan Sudan, yang telah dikutuk oleh Palestina.

Sementara itu, seorang analis politik Palestina bernama Hani al-Masri mengatakan akan sulit bagi Palestina untuk melanjutkan boikot mereka, meskipun ekspektasi terhadap Joe Biden tetap sederhana.

 

"Kebijakan Joe Biden mungkin menarik bagi warga Palestina, tetapi dia tidak akan terlibat dalam konflik mengingat kehadiran pemerintah (sayap kanan) di Israel yang akan menjadi hambaan besar baginya. Dia tidak akan mau menekan Israel," ujarnya.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler