Pernah Ditemukan Sampel Virus Mirip Covid-19 di 2010, Tim Peneliti Kembali Selidiki Kelelawar di Kamboja

- 21 September 2021, 14:44 WIB
Ilustrasi kelelawar.
Ilustrasi kelelawar. /Pixabay/Syaibatulhamdi.

PR DEPOK - Beberapa peneliti sedang mengumpulkan sampel dari kelelawar di Kamboja utara dalam upaya untuk memahami penyebab pandemi Covid-19.

Di satu dekade lalu, para peneliti pernah menemukan sebuah virus yang sangat mirip dengan Covid-19 di Kamboja.

Dua sampel dari kelelawar tapal kuda dikumpulkan pada 2010 silam di provinsi Stung Treng dekat Laos dan disimpan dalam freezer di Institut Pasteur du Cambodge (IPC) di Phnom Penh, ibu kota Kamboja.

Baca Juga: Ashanty Naik Kursi Saat Kucing Atta-Aurel Keluar Kandang, Kellen: Emang Bunda Takut?

Tes yang dilakukan para penelitis di tahun 2010 mengungkapkan kerabat dekat dengan Covid-19 yang telah menewaskan lebih dari 4,6 juta orang di seluruh dunia.

Tim peneliti IPC yang beranggotakan delapan orang telah mengumpulkan sampel dari kelelawar dan mencatat spesies, jenis kelamin, usia, dan detail lainnya selama seminggu.

“Kami berharap hasil dari penelitian ini dapat membantu dunia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Covid-19,” kata koordinator lapangan Thavry Hoem kepada Reuters sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.

Baca Juga: Bertabur Bintang, Inilah Deretan Bridemaids dan Groomsmen di Pernikahan Ria Ricis dan Teuku Ryan

Spesies inang seperti kelelawar biasanya tidak menunjukkan gejala patogen, tetapi ini bisa sangat merusak jika ditularkan ke manusia atau hewan lain.

Dr Veasna Duong, Kepala Virologi di IPC, mengungkapkan bahwa lembaganya telah melakukan empat perjalanan seperti itu dalam dua tahun terakhir.

Ia bersama timnya berharap mendapatkan petunjuk tentang asal dan evolusi virus yang ditularkan oleh kelelawar.

"Kami ingin mencari tahu apakah virus itu masih ada dan juga untuk mengetahui bagaimana virus itu berevolusi," kata Duong.

Baca Juga: Penyerang Ustaz di Batam Ngaku Komunis, dr. Eva: Enaknya Diapain? Jika Sampai di-Orang Gila-kan Lagi...

Virus mematikan yang berasal dari kelelawar antara lain Ebola dan virus corona lainnya seperti Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS).

Namun Duong mengatakan bahwa manusia-lah yang bertanggung jawab atas kehancuran yang disebabkan oleh Covid-19, karena gangguan dan kerusakan habitat alami.

"Kalau kita coba dekat-dekat dengan satwa liar, kemungkinan virus dibawa oleh satwa liar lebih besar dari biasanya," kata dia.

Baca Juga: Demi Datangkan Kaesang Pangarep ke Podcast Miliknya, Deddy Corbuzier Rela Keluarkan Budget 5 M

"Kemungkinan virus bertransformasi hingga menginfeksi manusia juga lebih besar," tuturnya melanjutkan.

Proyek yang didanai Prancis ini juga bertujuan untuk melihat bagaimana perdagangan satwa liar dapat berperan, kata Julia Guillebaud, seorang insinyur penelitian di unit virologi IPC.

"(Proyek) bertujuan untuk memberikan pengetahuan baru tentang rantai perdagangan daging liar di Kamboja, mendokumentasikan keragaman betacoronavirus yang beredar melalui rantai ini," kata dia.

Baca Juga: Dukung Roy Suryo Polisikan Ferdinand Hutahaean, Musni Umar: Saya pun Disebut Rektor Bodoh

"Selain itu juga mengembangkan sistem deteksi dini yang fleksibel dan terintegrasi dari peristiwa penyebaran virus," ucapnya menambahkan.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x