Soal Konflik Yaman yang Tak Berkesudahan, PBB: Lebih dari 10.000 Anak Jadi Korban Perang

- 20 Oktober 2021, 20:35 WIB
Ilustrasi anak-anak yang menjadi korban perang.
Ilustrasi anak-anak yang menjadi korban perang. /janeb13/Pixabay

PR DEPOK - Lebih dari 10.000 anak di Yaman telah tewas atau terluka dalam kekerasan yang terkait dengan perang bertahun-tahun di negara miskin itu.

Menurut angka PBB, total 3.455 anak-anak tewas dan lebih dari 6.600 terluka dalam pertempuran di Yaman antara 15 Maret 2015 dan 30 September tahun ini.

Namun, juru bicara Dana Darurat Anak Internasional PBB (UNICEF) James Elder mengatakan bahwa perkiraan yang diberikan oleh pihaknya kemungkinan besar adalah jumlah yang kurang dari fakta sebenarnya.

Baca Juga: Disomasi Propeksos karena Diduga Menghina Pekerja Sosial, Deddy Corbuzier: Silakan Lanjut ke Jalur Hukum

Menurutnya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Middle East Eye pada Rabu, 20 Oktober 2021, jumlah sebenarnya dari kematian dan cedera anak-anak sebagian besar tidak tercatat.

Jumlah baru, yang berjumlah empat hingga lima anak yang terbunuh atau cacat setiap hari adalah tonggak sejarah yang memalukan sejak koalisi pimpinan Arab Saudi melakukan intervensi di Yaman pada tahun 2015, kata Elder.

Lebih dari empat dari lima anak membutuhkan bantuan kemanusiaan, yang berjumlah sekitar 11 juta anak, menurut UNICEF.

Selain kekerasan, Elder mengatakan banyak orang Yaman kelaparan bukan karena kekurangan makanan, tetapi karena kekurangan uang untuk membelinya.

Baca Juga: Stefan William dan Celine Evangelista Resmi Bercerai, Ramalan Mbak You Benar-benar Terwujud?

"Mereka kelaparan karena orang dewasa terus mengobarkan perang di mana anak-anak dibiarkan terlantar"

"Yaman adalah tempat paling sulit di dunia untuk menjadi anak-anak. Dan itu semakin buruk dalam setiap harinya," ujar juru bicara UNICEF itu.

Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan pada bulan lalu bahwa komunitas internasional harus meningkatkan dukungannya untuk negara itu, karena bantuan pangan di Yaman akan mulai habis.

PBB telah lama menganggap Yaman sebagai rumah bagi krisis kemanusiaan terburuk di dunia, akibat serangan yang telah menghambat akses ke perawatan kesehatan dan meningkatkan tekanan pada beberapa fasilitas yang masih berfungsi.

Baca Juga: Kapolri Tegas Pecat dan Pidanakan Anggota yang Melanggar, Fadli Zon: Ini Langkah Tepat, Segera Tindak!

Negara ini menghadapi masalah gabungan dari konflik yang berkepanjangan, kehancuran ekonomi, dan layanan sosial dan kesehatan yang runtuh, serta program bantuan PBB yang kekurangan dana.

Diketahui, konflik di Yaman meletus pada September 2014 ketika Houthi merebut ibu kota, Sanaa, memicu perang saudara yang memaksa Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi mencari perlindungan di Aden dan kemudian Arab Saudi.

Kerajaan dan sekutu regionalnya, termasuk Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain, melakukan intervensi pada Maret 2015.

Baca Juga: 5 Pesepak Bola yang Kemungkinan Memainkan Piala Dunia Terakhirnya di 2022, Nomor 3 Masih Terbilang Muda

Dan sejak itu mereka melakukan lebih dari 22.000 serangan udara dalam upaya untuk memukul mundur kelompok Houthi yang didukung Iran.

Menurut PBB, konflik tersebut telah menyebabkan lebih dari 230.000 orang tewas, diperkirakan empat juta mengungsi, dan telah menyebabkan 80 persen dari 29 juta orang di negara itu bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Middle East Monitor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x