Mereka melakukan perjalanan ke luar negeri, ke Eropa dan Afrika, untuk bertemu dengan agen Mossad dan mentransfer informasi yang dianggap penting untuk jaringan mata-mata.
Mereka juga menggunakan perangkat lunak enkripsi untuk mentransfer dokumen melalui web.
Menurut intelijen Turki juga, para agen bertemu langsung dengan pejabat Mossad Israel di luar negeri, bukan di Israel, agar tidak terungkap.
Lebih jauh lagi, Turki sejatinya tengah bekerja untuk memulihkan hubungannya dengan Israel.
"Kami ingin membawa hubungan kami ke titik yang lebih baik"
"Namun kebijakan Palestina adalah garis merah kami. Tidak mungkin bagi kami untuk menerima kebijakan Palestina Israel. Tindakan tanpa ampun mereka di sana tidak dapat diterima," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 25 Desember tahun lalu.
Sementara itu, kritikus Turki mengecam Erdogan sebagai seorang munafik karena dia mengkritik kesepakatan normalisasi baru-baru ini antara sejumlah negara Arab dan Israel.
Krisis diplomatik Turki dengan Israel dimulai pada 2010, ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan pasukan komando untuk menaiki Mavi Marmara.
Sebuah kapal Turki yang merupakan bagian dari armada internasional yang mencoba mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung.