Kerusuhan itu terjadi sehari setelah polisi Belanda menembaki pengunjuk rasa di Rotterdam pada protes terhadap pembatasan Covid-19.
Menurut laporan, tiga orang terluka dan 51 orang ditangkap di Rotterdam akibat kerusuhan tersebut.
Sementara itu, Menteri Kehakiman Ferd Grapperhaus mengutuk insiden kerusuhan itu.
Baca Juga: Yakin akan Jadi Lokasi Wisata Andalan, Penonton Puji Keindahan Sirkuit WSBK Mandalika
"Kerusuhan dan kekerasan ekstrim terhadap petugas kepolisian, polisi anti huru hara dan petugas pemadam kebakaran tadi malam di Rotterdam menjijikkan untuk dilihat"
"Protes memang sebuah hak bagi masyarakat kita, namun apa yang telah kita lihat tadi malam hanyalah perilaku kriminal. Tidak ada hubungannya dengan demokrasi," ujar Grapperhaus.
Belanda menerapkan kembali beberapa tindakan pembatasan akhir pekan lalu selama tiga minggu awal dalam upaya untuk memperlambat kebangkitan penularan virus corona, tetapi infeksi harian tetap pada level tertinggi sejak awal pandemi.
Baca Juga: Jadwal Lengkap BRI Liga 1 Pekan ke-13: Ada Duel Seru Antara Persija Jakarta vs Bali United
Pemerintah Belanda sekarang berencana untuk melarang orang yang tidak divaksinasi memasuki beberapa tempat, yang disebut opsi 2G.
Di Den Haag pada Sabtu kemarin, seorang pemilik toko pizza mengatakan bahwa polisi telah menyeret beberapa orang keluar dari tokonya, memecahkan kaca di pintu depan dan memukul kepalanya tanpa alasan.