Wartawan Australia Dana Morse mengatakan kepada Al Jazeera, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Minggu, 21 November 2021, bahwa Melbourne telah mengalami penguncian terlama di dunia.
“Ada kekhawatiran di antara sebagian masyarakat tentang beberapa undang-undang manajemen pandemi yang saat ini coba disahkan oleh pemerintah negara bagian melalui majelis tinggi parlemen,” kata Morse.
Orang-orang juga memprotes undang-undang yang menetapkan "tidak divaksin maka tidak ada pekerjaan", berarti orang yang saat ini tidak divaksinasi maka mereka tidak akan dapat bekerja.
Demonstrasi anti-vaksinasi telah berlangsung selama berminggu-minggu di Australia, kadang-kadang menjadi kekerasan dan menarik kelompok-kelompok warga yang longgar, serta pendukung teori konspirasi dan sayap kanan.
Gerakan anti-vaksinasi, bagaimanapun, tetap kecil, dengan jajak pendapat menunjukkan oposisi nasional dalam satu digit.
“Kami sedang melihat negara yang secara keseluruhan percaya pada keamanan dan kemanjuran vaksin untuk mengobati Covid-19, mereka hanya minoritas,” ujar Morse.
Sebuah demonstrasi tandingan beberapa ratus orang terjadi di Melbourne, yang diselenggarakan oleh kelompok Kampanye Melawan Rasisme dan Fasisme di bawah slogan "Jangan jadi pecundang, segera dapatkan vaksin."
Salah satu penyelenggara demonstrasi anti-fasis, Nahui Jimenez, mengatakan bahwa demonstrasi itu adalah “pesan solidaritas” kepada para petugas kesehatan di Australia.