Satu Orang di Inggris Meninggal Akibat Demam Lassa, Kenali Gejala Virus yang Mirip Ebola dari Afrika Ini

- 12 Februari 2022, 15:35 WIB
Inggris laporkan orang pertama yang meninggal akibat demam Lassa, kenali gejala virus yang mirip Ebola dari Afrika ini.
Inggris laporkan orang pertama yang meninggal akibat demam Lassa, kenali gejala virus yang mirip Ebola dari Afrika ini. /Unsplash/Winel Sutanto/

PR DEPOK - Negeri tempat Ratu Elizabeth bermukim, Inggris kembali berhadapan dengan virus langka, demam Lassa yang ditularkan melalui tikus.

Bahkan, Badan Kesehatan setempat baru melaporkan orang pertama di Inggris yang meninggal karena virus demam Lassa, sehingga kasus-kasus lainnya sedang diselidiki.

Sedangkan virus demam Lassa ini sudah menemukan tiga kasus, yang mana tiga pasien ditangani masih dalam perawatan oleh Bedfordshire Hospitals NHS Trust.

Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Mirror, semua kasus demam Lassa berasal dari keluarga yang sama di Inggris Timur, di mana kelompok itu baru saja pulang dari perjalanan ke Afrika Barat, tempat virus paling menonjol.

Baca Juga: Jawab Keluhan Pekerja Tak Bisa Cairkan JHT Setelah Di-PHK, Stafsus Menaker Sebut Telah Siapkan Program JKP

Diketahui, demam Lassa adalah penyakit hemoragik virus akut yang disebabkan oleh virus Lassa, yang disebut mirip dengan Ebola.

Lassa ini menyebar dari paparan makanan atau barang-barang rumah tangga yang terkontaminasi dengan urin atau kotoran tikus yang terinfeksi.

Bahkan, manusia bisa dapat tertular melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi.

Berdasarkan laporan di Inggris, gejala demam Lassa ini dimulai dengan sakit kepala, sakit tenggorokan dan muntah, tetapi juga bisa memicu pendarahan dari mulut, hidung atau vagina.

Baca Juga: BATC 2022: Hasil Drawing dan Jadwal Babak Penyisihan Tim Indonesia

Kemudian, jika demam Lassa ini tidak segera mendapat pengobatan, penyakit ini dapat berkembang menjadi syok, kejang, koma, dan tuli sementara.

"Badan Keamanan Kesehatan Inggris dapat mengkonfirmasi bahwa kemungkinan kasus demam Lassa yang sedang diselidiki sekarang dikonfirmasi, sehingga jumlah kasus menjadi tiga. Sayangnya, orang ini telah meninggal," jelas laporan yang disampaikan pihak Badan Keamanan Kesehatan Inggris.

"Kami menghubungi individu yang memiliki kontak dekat dengan kasus sebelum konfirmasi infeksi mereka, untuk memberikan penilaian, dukungan, dan saran yang tepat," paparnya.

"Risiko bagi masyarakat umum tetap sangat rendah," tambah laporan itu lagi.

Baca Juga: Bukti Sirkuit Mandalika Licin dan Kotor, Fabio Quartararo Nyaris Terjatuh saat Latihan Start

Sementara itu, pasien demam Lassa yang dinyatakan meninggal dikonfirmasi melalui pernyataan juru bicara perwalian rumah sakit setempat.

“Kami mengkonfirmasi kematian sedih seorang pasien di kepercayaan kami, yang telah mengkonfirmasi demam Lassa.

"Kami mengirimkan belasungkawa terdalam kami kepada keluarga mereka pada saat yang sulit ini.

“Kami akan terus mendukung keluarga pasien dan staf kami dan bekerja sama dengan rekan-rekan dari Badan Keamanan Kesehatan Inggris untuk melakukan latihan pelacakan kontak yang kuat,” demikian pernyataan juru bicara perwalian rumah sakit soal pasien demam Lassa yang meninggal dunia itu.

Baca Juga: Alex Rins dan Joan Mir Kompak Menyukai Sirkuit Mandalika, Sebut Tata Letaknya yang Bervariasi

Di Inggris, ketiga kasus demam Lassa tersebut adalah yang pertama dalam lebih dari satu dekade.

Berkaitan dengan Lassa, data menyebutkan virus ini mirip dengan Ebola dan endemik di banyak negara Afrika Barat.

Sementara sebagian besar dari 300.000 hingga 500.000 orang yang tertular virus setiap tahun sembuh total, sekitar 5.000 meninggal.

Baca Juga: Bela Prabowo Subianto Soal Pembelian Pesawat Tempur, Ekonom Balik Kritik PSI: Ampun deh Politisi Sekarang

Sementara itu, Dr Sir Michael Jacobs selaku konsultan penyakit menular di Royal Free London melaporkan pendapat soal demam Lassa ini.

"Orang yang tinggal di daerah endemik Afrika Barat dengan populasi tikus yang tinggi paling berisiko terkena demam Lassa.

"Kasus impor jarang terjadi di tempat lain di dunia," tambahnya

Dengan demikian, Jacobs menilai demam Lassa yang terjadi di luar daerah endemik itu jarang terjadi, bahkan biasanya hanya ditemukan di pekerjaan berisiko tinggi seperti pekerja medis.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Mirror


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah