Hampir 1.000 Perempuan Dibunuh, Karantina karena Corona di Meksiko Diduga Ikut Jadi Pemicu

- 28 April 2020, 12:00 WIB
TANIA Robledo Banda, pengacara dan aktivis perempuan Meksiko menatap ke luar jendela saat masa karantina terkait pandemi virus corona di Mexsico City, 23 April 2020.*
TANIA Robledo Banda, pengacara dan aktivis perempuan Meksiko menatap ke luar jendela saat masa karantina terkait pandemi virus corona di Mexsico City, 23 April 2020.* /MAHE ELIPE/REUTERS/

Badan statistik nasional Meksiko mengatakan, dua pertiga perempuan di Meksiko mengalami beberapa bentuk kekerasan. Hampir 44 persen di antaranya menderita penganiayaan dari pasangannya.

Kesadaran feminisme telah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Namun, kekerasan geng telah mendorong tingkat pembunuhan ke rekor tertinggi. Sebagian besar kejahatan kekerasan di Meksiko tidak terpecahkan.

Dengan aturan karantina wilayah akibat virus corona yang diperpanjang hingga setidaknya akhir Mei 2020, para pegiat feminisme di Meksiko khawatir tingkat kekerasan yang bisa lebih buruk.

Baca Juga: Tahu Kondisi Pasti Kim Jong Un, Donald Trump Pelit Bicara

Dari telefon dan pesan yang masuk ke Jaringan Perlindungan Nasional Meksiko, hampir 70 tempat perlindungan perempuan korban kekerasan mengalami peningkatan kapasitas lebih dari 80 persen antara Maret-April jika dibandingkan bulan sebelumnya.

"Ini mengerikan. Saya pikir lebih banyak perempuan bisa tewas karena aksi kekerasan daripada covid-19 pada periode ini," kata Patricia Olamendi, pengacara yang mewakili korban kekerasan di Meksiko.

Dia mengatakan, pemerintah Meksiko belum menerbitkan rencana mengatasi lonjakan aksi kekerasan dalam rumah tangga.

"Ada pengabaian yang lengkap dan absolut. Apa yang terjadi di negara ini tidak manusiawi," katanya.***

Halaman:

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Permenpan RB REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x