Ilmuwan Kirim Sinyal Peringatan, Jangan Berharap Omicron Menjadi Varian Terakhir dari Covid-19

- 14 Februari 2022, 17:10 WIB
Ilustrasi Omicron.
Ilustrasi Omicron. /Pixabay/Alexandra_Koch

Baca Juga: 78 Kali PCR, Pria di Turki Tetap Dinyatakan Positif Covid-19 dan Jalani Isolasi Selama 14 Bulan Terakhir

Para ahli sekarang percaya bahwa virus tidak akan pernah hilang sepenuhnya, dan sebaliknya akan terus berkembang untuk menciptakan gelombang infeksi baru.

Mutasi mungkin terjadi setiap kali patogen bereplikasi, jadi lonjakan beban kasus membuat semua orang dalam bahaya.

Besarnya wabah saat ini berarti lebih banyak rawat inap, kematian, dan mutasi virus tidak dapat dihindari.

Banyak orang yang terinfeksi tidak masuk dalam statistik resmi, baik karena hasil tes di rumah tidak dicatat secara resmi atau karena orang yang terinfeksi tidak pernah dites sama sekali.

Baca Juga: Erwin Ramdani Siap Teruskan Kontribusi Positifnya Kepada Persib Bandung

Trevor Bedford, seorang ahli epidemiologi di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle yang dikenal karena mendeteksi kasus Covid lebih awal dan melacak wabah secara global, memperkirakan bahwa hanya sekitar 20% hingga 25% infeksi omicron di AS yang dilaporkan.

Dengan kasus harian memuncak pada rata-rata lebih dari 800.000 pada pertengahan Januari, jumlah infeksi yang mendasari mungkin telah melebihi 3 juta sehari - atau hampir 1% dari populasi AS, perkiraan Bedford.

Karena butuh lima hingga 10 hari untuk pulih, sebanyak 10% orang di negara itu mungkin telah terinfeksi pada satu waktu.***

 

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: Bloomberg


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah