Salah seorang peneliti yang terlibat menuturkan bahwa sebagian perilaku Belanda, yang menurutnya kadang-kadang disebut sebagai "pemindahan teror" merupakan kelemahannya dalam menghadapi taktik gerilya.
"Seringkali (sikap) itu muncul dari perasaan tidak berdaya, frustrasi, perasaan bahwa Anda telah memunggungi tembok. Mereka (Belanda) tidak mampu menangani konflik dengan cara militer biasa," paparnya.
Sebelumnya, Raja Belanda Willem-Alexander telah meminta maaf saat berkunjung ke Indonesia tahun 2020 lalu.***