Mereka semua kemudian mencari pola antara kualitas sperma dengan cara memaparkan sejumlah partikel polusi udara yang berdiameter antara 2,5 mikrometer hingga 10 mikrometer selama 90 hari sebelum diuji di rumah sakit untuk ejakulasi air mani.
Dari situ, mereka dapat menentukan kualitas sperma dan faktor-faktor lainnya, seperti jumlah sperma, konsentrasi, dan motilitas sperma.
Kendati para peneliti tidak menemukan secara pasti hubungan antara polusi udara dengan sperma, tetapi mereka menemukan sebuah fakta bahwa semakin banyak pria yang terpapar polusi udara, maka semakin rendah motilitas sperma progresif dan totalnya.
Disebutkan bahwa pria yang terkena polusi udara dengan diameter lebih kecil dari 2,5 mikrometer, maka motilitas sperma akan menurun sebesar 3,6 persen.
Sedangkan saat pria terkena partikel polusi udara yang berdiameter sekitar 10 mikrometer, motilitas sperma akan menurun sebesar 2,44 persen.
Sebagai informasi, motilitas sperma progresif merupakan kemampuan sperma untuk berenang ke depan atau tepatnya ke arah sel telur, sedangkan motilitas sperma total ialah kemampuan sperma untuk berenang secara umum.***