Studi Baru: Covid-19 Ternyata Bisa Picu Penyusutan Otak dan Merusak Jaringannya

- 8 Maret 2022, 11:00 WIB
Ilustrasi Covid-19. Covid-19 di RI Kamis 3 Maret 2022 Bertambah 37.259 Kasus, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur Terbanyak.
Ilustrasi Covid-19. Covid-19 di RI Kamis 3 Maret 2022 Bertambah 37.259 Kasus, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur Terbanyak. /Rikrisnandar/Pixabay

PR DEPOK - Sebuah studi baru telah mengungkapkan efek dari otak yang sudah tertular Covid-19.

Berdasarkan hasil itu, objek yang tertular Covid-19 akan mengalami penyusutan dan kerusakan jaringan pada otak, tepat di daerah yang terkait dengan penciuman dan kapasitas mental beberapa bulan setelah dites positif.

Hasil studi baru itu datang sebagai salah satu studi terbesar hingga saat ini pada genetika Covid-19, mengidentifikasi 16 varian genetik baru yang terkait dengan penyakit parah.

Baca Juga: Baca Doa Pagi Hari, Insya Allah Mendapat Ilmu Bermanfaat dan Dilancarkan Segala Urusan

Bersama-sama, studi ini menjelaskan mekanisme biologis yang mendukung penyakit tersebut.

Dalam studi otak, para peneliti di Universitas Oxford mempelajari 785 orang berusia antara 51 dan 81 tahun yang telah menerima pemindaian otak sebelum dan selama pandemi sebagai bagian dari studi Biobank Inggris.

Lebih dari setengahnya dinyatakan positif Covid-19 di antara dua pemindaian.

Dibandingkan dengan 384 subjek kontrol yang tidak terinfeksi, mereka yang dites positif Covid-19 memiliki penyusutan otak keseluruhan yang lebih besar dan penyusutan materi abu-abu yang lebih banyak.

Baca Juga: Adam Deni Tuding Ahmad Sahroni Selundupkan Ferrari, Deddy Corbuzier: Masuk Akal dong, Ferrari Anda Banyak

Penyusutan terutama terjadi di area yang terkait dengan penciuman.

Mereka yang memiliki Covid-19  akan kehilangan 1,8 persen tambahan gyrus parahippocampal, wilayah utama untuk penciuman, dan tambahan 0,8 persen dari otak kecil, dibandingkan dengan subjek kontrol.

Pemrosesan sinyal yang terganggu di area tersebut dapat menyebabkan gejala seperti kehilangan penciuman.

Mereka yang terinfeksi juga biasanya mendapat skor lebih rendah pada tes keterampilan mental daripada individu yang tidak terinfeksi.

Baca Juga: Menag Berencana Undang Paus Fransiskus untuk Sapa Umat Katolik Indonesia secara Langsung

Skor yang lebih rendah dikaitkan dengan hilangnya jaringan otak yang lebih besar di bagian otak kecil yang terlibat dalam kemampuan mental.

Efeknya lebih terasa pada orang tua dan mereka yang dirawat di rumah sakit karena penyakit ini.

Tetapi masih terlihat jelas juga pada orang lain yang infeksinya ringan atau tanpa gejala, menurut penelitian tersebut.

Pemindaian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah perubahan otak ini permanen atau sebagian reversibel.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah