Atlet Tenis Rusia dan Belarusia Dilarang Berkompetisi dalam Wimbledon Tahun Ini, AELTC: Kami Sadar Ini Sulit

- 22 April 2022, 03:15 WIB
Karena invasi Rusia ke Ukraina, atlet tenis yang berasal dari Rusia dan Belarusia dilarang bertanding dalam Wimbledon tahun ini.
Karena invasi Rusia ke Ukraina, atlet tenis yang berasal dari Rusia dan Belarusia dilarang bertanding dalam Wimbledon tahun ini. /ANTARA/ANTARA foto

PR DEPOK – Pemain tenis dari Rusia dan Belarusia tidak akan diizinkan untuk berkompetisi di turnamen Wimbledon tahun ini.

All England Lawn Tennis and Croquet Club (AELTC), alasan tidak diizinkannya pemain tenis Rusia dan Belarusia untuk bertanding adalah karena adanya invasi Rusia ke Ukraina.

Di antara pemain terkemuka yang terkena larangan tersebut adalah juara bertahan AS Terbuka Daniil Medvedev, yang baru-baru ini mencapai peringkat nomor satu di Asosiasi Profesional Tenis (ATP).

Selain itu ada pula Andrey Rublev peringkat delapan putra; Aryna Sabalenka, yang merupakan semifinalis Wimbledon pada tahun 2021 dan berada di peringkat empat dalam peringkat Asosiasi Tenis Wanita (WTA).

Baca Juga: PIP Kemendikbud Cair Lagi! Simak Cara Dapatkan Bantuan Rp2,2 Juta Bagi Siswa SD, SMP, dan SMA

Kemudian Victoria Azarenka, dari Belarusia, mantan petenis nomor satu wanita yang telah memenangkan Australia Open dua kali; dan Anastasia Pavlyuchenkova, runner-up Prancis Terbuka tahun lalu.

“Kami menyadari bahwa ini sulit bagi individu yang terkena dampak, dan dengan menyesal mereka akan menderita atas tindakan para pemimpin rezim Rusia,” Ian Hewitt, ketua AELTC, seperti dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Al Jazeera.

Ia menyebut bahwa pihaknya telah dengan hati-hati mempertimbangkan langkah-langkah alternatif yang mungkin diambil.

“Tetapi mengingat lingkungan The Championships yang terkenal tentang pentingnya tidak mengizinkan olahraga digunakan untuk mempromosikan rezim Rusia dan keprihatinan kami yang lebih luas untuk keselamatan publik dan pemain (termasuk keluarga), kami tidak percaya itu layak untuk dilanjutkan,” kata Hewitt.

Baca Juga: Dapatkan Rp2,2 Juta dari PIP Kemdikbud untuk Siswa SD, SMP, SMA bisa Tanpa KIP dan KKS, Ini Caranya

Wimbledon, yang paling terkenal dari empat acara Grand Slam tenis, berlangsung dari 27 Juni hingga 10 Juli tahun ini.

Para pejabat Rusia telah bereaksi dengan marah atas laporan larangan tersebut, dengan menganggapnya tidak dapat diterima.

"Sekali lagi mereka hanya mengubah atlet menjadi sandera prasangka politik, intrik politik," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

"Ini tidak bisa diterima. Mempertimbangkan bahwa Rusia adalah negara tenis yang sangat kuat, atlet kami berada di peringkat teratas dunia, kompetisi itu sendiri akan menderita karena tersingkirnya mereka,” ujarnya.

Baca Juga: Rizky Billar Kembalikan Uang Sejumlah Rp1 Miliar terkait Kasus DNA Pro, Begini Tanggapan Lesti Kejora

Badan pengatur tenis telah melarang Rusia dan Belarusia dari kompetisi tim internasional setelah invasi 24 Februari.

Namun pemain Rusia dan Belarusia telah diizinkan untuk bersaing dalam tur tetapi tidak di bawah nama atau bendera negara mereka.

Saat ini, pemain Rusia dan Belarusia masih bisa berlaga di Prancis Open yang dimulai Mei mendatang.

"Saya pikir keputusan ini salah tetapi tidak ada yang bisa kita ubah," kata Presiden Federasi Tenis Rusia Shamil Tarpischev.

Baca Juga: Segera Daftar DTKS Kemensos untuk Dapat Bansos BPNT Sembako dan Bansos PKH Lewat HP atau Kelurahan

“Federasi Tenis [Rusia] telah melakukan semua yang bisa dilakukan,” katanya.

"Saya tidak ingin membicarakan ini, tetapi saya akan mengatakan bahwa keputusan ini bertentangan dengan para atlet,” tandasnya.

Wimbledon tidak melarang atlet dari negara-negara sejak setelah Perang Dunia II, ketika pemain dari Jerman dan Jepang tidak diizinkan untuk bertanding.

Menjelang pengumuman tersebut, pemain tenis Ukraina Elina Svitolina dan Marta Kostyuk mengeluarkan pernyataan yang menyerukan larangan total terhadap atlet Rusia dan Belarusia dari acara internasional.

Baca Juga: Persib Libur Latihan, I Made Wirawan Akui Lebih Banyak Lakukan Hal Ini

Kelompok yang dipimpin atlet internasional, Global Athlete, mengatakan pelarangan pemain dari kedua negara juga akan melindungi para atlet ini yang tidak memiliki pilihan untuk mengundurkan diri dari kompetisi.

"Atlet-atlet ini harus mengikuti perintah dari pemimpin negara mereka," tambahnya.

Menteri Olahraga Inggris Nigel Huddleston mengatakan bulan lalu bahwa dia tidak akan nyaman dengan atlet yang mengibarkan bendera Rusia dan memenangkan Wimbledon di London.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah