PR DEPOK - Perang antara Rusia dan Ukraina kini telah berlangsung lebih dari seratus hari yang dimulai pada akhir Februari 2022 lalu.
Rusia secara terang-terangan melakukan operasi militer khusus dan melakukan invasi ke Ukraina hingga negara itu luluhlantak, di mana warga sipil terpaksa mengungsi ke negara tetangga.
Baru-baru ini terungkap apa sebenarnya tujuan utama Rusia melakukan invasi ke Ukraina dan tak kunjung usai hingga berbulan-bulan berlalu.
Dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters, tujuan utama invasi Rusia ke Ukraina adalah bukan untuk menguasai negara yang dipimpin oleh Volodymyr Zelensky tersebut.
Tujuan utama operasai militer Rusia ternyata untuk melindungi republik rakyat Donetsk dan Luhansk, kata Kremlin pada Senin, setelah pemimpin salah satu wilayah separatis meminta tambahan ces dari Moskow.
Denis Pushilin, pemimpin separatis wilayah Donetsk Ukraina yang didukung Rusia, mengatakan sebelumnya pada Senin bahwa telah terjadi peningkatan pertempuran dan penembakan di wilayah tersebut.
"Semua yang diperlukan untuk ces , termasuk sekutu, termasuk pasukan Federasi Rusia , akan dilibatkan untuk melawan musuh," kata Pushilin.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dikutip oleh kantor berita negara RIA Rusia mengatakan, secara umum perlindungan republik adalah tujuan utama dari operasi militer khusus Rudia.
Badan RIA melaporkan sebelumnya bahwa beberapa warga sipil, termasuk seorang anak, tewas dalam penembakan pada hari Senin.
Reuters tidak dapat secara independen mengklaim Rusia tentang peningkatan penembakan di wilayah Donetsk dan tidak ada reaksi langsung dari Kyiv terhadap perkembangan tersebut.
Baca Juga: Cek Daftar Nama Penerima BLT Anak Sekolah Cair Juni 2022, Simak Kriteria Bantuan Rp4,4 Juta
Donetsk dan Luhansk adalah dua entitas pendukung Rusia yang memisahkan diri di wilayah Donbas di Ukraina timur, yang menurut Rusia sedang diperjuangkan untuk disingkirkan sepenuhnya dari kendali Kyiv.
Rusia mengakui kedua wilayah itu sebagai negara merdeka menjelang invasinya ke Ukraina. Separatis menguasai sebagian besar wilayah timur Ukraina pada tahun 2014.
Moskow menyebut tindakannya sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis.
Ukraina dan sekutunya di Barat mengatakan tuduhan fasis tidak berdasar dan perang adalah tindakan agresi yang tidak beralasan.***