"Itu seharusnya terjadi sejak lama," katanya.
Sebelum mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri Inggris, ada tekanan kuat pada Borish Johnson untuk berhenti setelah lebih dari 50 pengunduran diri dari semua tingkat pemerintahan dan gelombang backbenchers meminta dia untuk pergi.
Pemberontakan massal dimulai pada hari Selasa setelah Downing Street mengakui bahwa Borish Johnson mengetahui tentang tuduhan perilaku yang tidak pantas terhadap mantan Wakil Kepala Whip Chris Pincher yang dipermalukan pada tahun 2019, tetapi masih memilihnya pada bulan Februari.
Borish Johnson sebelumnya sudah meminta maaf, akan tetapi Menteri Kesehatan Sajid Javid Kanselir Rishi Sunak memilih mengundurkan diri.
Keluarnya mereka memulai longsoran pengunduran diri di semua tingkatan, dari menteri kabinet hingga utusan perdagangan.
Baca Juga: 5 Pemilik KTP Ini Dapat BPNT Cair Juli 2022, Login cekbansos.kemensos.go.id, Ambil Bantuan Rp200.000
Setelah tersiar kabar tentang pengunduran diri Borish Johnson, Kepala Sekretaris Keuangan Simon Clarke mengatakan sedih, tetapi menurutnya keputusan yang tepat.
Sedangkan, Sekretaris Bisnis Kwasi Kwarteng menyebut situasi itu sebagai keadaan yang menyedihkan.
"Begitu banyak kerusakan yang tidak perlu telah terjadi. Kami sekarang membutuhkan pemimpin baru sesegera mungkin seseorang yang dapat membangun kembali kepercayaan, menyembuhkan negara, dan menetapkan pendekatan ekonomi baru yang masuk akal dan konsisten untuk membantu keluarga,” ujarnya.