Shinzo Abe diyakini memiliki ambisi lama untuk mengubah konstitusi Jepang.
Khususnya, dia mengacu pada Pasal 9, yang menolak perang dan melarang tentara, sebagai hambatan bagi Tokyo untuk mengambil peran yang sesuai dengan kekuatan regional.
Namun, terlepas dari keterampilan politiknya yang cukup besar, Shinzo Abe tidak mengumpulkan cukup dukungan untuk mengadakan referendum yang diperlukan untuk mengubah dokumen pendirian Jepang modern.
Shinzo Abe bisa dibilang salah satu perdana menteri Jepang paling sukses pasca perang, kata Jeffrey J. hall, seorang pakar politik Jepang di Kanda University of International Studies, mengutip catatannya memimpin LDP dengan meraih banyak kemenangan di kotak suara.
Namun kebangkitan Shinzo Abe ke tampuk kekuasaan datang dengan dukungan nasionalis sayap kanan dan mendorong revisionisme sejarah, tambah Hall sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Washington Post.
Di tahun-tahun setelah dia meninggalkan jabatannya, Shinzo Abe menjadi kritikus yang sangat vokal terhadap agresi Beijing yang berkembang di kawasan Indo-Pasifik.
Tahun ini, Shinzo Abe mendesak Amerika Serikat untuk meninggalkan kebijakan ambiguitas strategisnya terhadap Taiwan dan berkomitmen untuk mempertahankan pulau yang memiliki pemerintahan sendiri jika terjadi serangan China.
Jepang juga mengirimkan jutaan dosis vaksin virus corona ke Taiwan — transfer yang dilaporkan Shinzo Abe membantu memfasilitasi pada saat pulau itu sedang berjuang dengan lonjakan infeksi.