Wanita di Papua Nugini Dituding Penyihir, Kerap Disiksa dan Dapat Perlakuan Kasar di Depan Keluarga

- 16 Agustus 2022, 13:15 WIB
Ilustrasi. Tindakan penyiksaan dan perlakuan kasar marak terjadi kepada wanita di Papua Nugini yang dituding melakukan sihir.
Ilustrasi. Tindakan penyiksaan dan perlakuan kasar marak terjadi kepada wanita di Papua Nugini yang dituding melakukan sihir. /Pixabay/Gerd Altmann.

PR DEPOK - Belakangan ini di Papua Nugini ramai tindakan penyerangan dan penyiksaan brutal dengan menggunakan parang kepada wanita yang dituding melakukan sihir.

Selain itu sebuah laporan menyebut bahwa tindakan lain pun marak terjadi seperti serangan pembakaran hingga kekerasan seksual terhadap anak perempuan.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera, semua tindakan yang terjadi selama pemilihan bulan lalu di Papua Nugini ini telah menuai kecaman internasional.

Bentuk kekerasan yang lebih berbahaya terus terjadi di Papua Nugini, termasuk tuduhan sihir, penyiksaan publik, dan pembunuhan perempuan yang dituding lakukan sihir.

Baca Juga: Kesaksikan Ketua RT yang Ikut Penyelidikan Timsus Polri di Rumah Singgah Ferdy Sambo

Sementara itu, kasus profil tinggi terbaru mengikuti kematian yang tidak dapat dijelaskan, kemungkinan besar karena serangan jantung atau stroke.

Sebuah provinsi berbatu dan kurang berkembang di dataran tinggi Papua Nugini, yang mayatnya ditemukan oleh pekerja telekomunikasi pada 21 Juli 2022.

Keesokan paginya, anggota suku Luke di desa Lakolam di Provinsi Enga memilih 9 wanita, termasuk 2 wanita berusia 60 tahun dan 1 orang sedang hamil.

Baca Juga: Pamerkan Senjata Rusia, Vladimir Putin Klaim Lebih Canggih dari Pesaingnya

Lima wanita tersebut lalu dipilih disiksa yang terdiri dari diikat telanjang di antara dua tiang dengan besi panas sembari dilihat kerumunan pria, termasuk beberapa anak dan anggota keluarga korban.

Ketika berita penyiksaan menyebar ke seluruh provinsi, 6 petugas polisi dan seorang wakil dari Gereja Katolik pergi ke desa Lakolam untuk menyelamatkan para wanita itu.

Lalu warga sekitar menuduh mereka 'kaikai lewa' lalu diam-diam mengeluarkan jantung korban dan memakannya untuk mendapatkan kejantanan.

Baca Juga: Mengenal Soekarno, Presiden Pertama Indonesia yang Dijuluki Bapak Proklamator

 

Tetapi setelah ketegangan yang melibatkan ratusan penduduk desa bersenjata yang marah, yakin tanpa keraguan akan kesalahan wanita itu, polisi langsung mundur.

Upaya kedua pada hari berikutnya juga gagal, tetapi polisi kemudian berhasil menyelamatkan 5 wanita. Yang lain sudah meninggal.

"Mereka disiksa dari pagi hingga tengah malam dan kehilangan banyak jaringan tubuh dan darah, sehingga hanya 5 dari mereka yang selamat. Mereka mengeluarkan bau tidak sedap dari luka mereka ketika kami bertemu dengan mereka," tutur Dickson Tanda, koordinator SARV Gereja Katolik di Enga.

Baca Juga: Jokowi Pakai Baju Adat Paksian ke Gedung MPR, Simak Filosofi Menarik di Balik Warna Bajunya

 

"Penyelamatan itu akhir pekan lalu.Akhir pekan ini baru saja kami menyelamatkan wanita lain yang dituduh melakukan sihir. Mereka menyiksanya, dengan alat-alat tajam di sekujur tubuh dan kulitnya," katanya lagi.

Lebih lanjut, Dickson Tanda menyebutkan bahwa perburuan penyihir di provinsi itu menjadi lebih biadab dan lebih sering terjadi.

Sebagai informasi, Dickson telah membantu menyelamatkan lebih dair 600 wanita dan anak-anak yang dituding melakukan sihir sejak tahun 2015.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah