Presiden Bank Dunia David Malpass akan Mengundurkan Diri, Simak Infonya

- 16 Februari 2023, 09:23 WIB
Presiden Bank Dunia David Malpass.
Presiden Bank Dunia David Malpass. /REUTERS/Florence Lo

Janet Yellen menyampaikan dalam sebuah pernyataan bahwa Amerika Serikat, yang biasanya memilih presiden Bank Dunia, menantikan proses pencalonan cepat untuk penerus David Malpass.

David Malpass, yang sempat selamat dari banyak desakan masyarakat untuk mengundurkan diri pada musim gugur lalu tidak ditawari masa jabatan kedua.

Baca Juga: KUR BRI 2023: Solusi Pinjaman Tanpa Agunan dengan Bunga Rendah bagi Pelaku UMKM

Dia dikabarkan mendapat tekanan dari Yellen dalam beberapa bulan terakhir untuk mempercepat reformasi yang bertujuan mengubah cara Bank Dunia beroperasi untuk memastikan pemberian pinjaman yang lebih luas untuk memerangi perubahan iklim dan tantangan global lainnya.

Meski begitu, Janet Yellen mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada David Malpass atas dedikasinya dalam sebuah pernyataan.

"Dunia mendapat manfaat dari pengabdiannya yang kuat untuk Ukraina dalam menghadapi invasi ilegal dan tidak beralasan dari Rusia, pekerjaan vitalnya untuk membantu rakyat Afghanistan, dan komitmennya untuk membantu berpenghasilan rendah. negara mencapai keberlanjutan utang melalui pengurangan utang," ujar Yellen.

Baca Juga: Panduan Lengkap Mengenai KUR BRI 2023: Syarat, Prosedur, dan Keuntungan bagi Pelaku UMKM

Kepala Departemen Keuangan Amerika Serikat mengatakan Amerika Serikat akan segera mencalonkan pengganti David Malpass dan berharap dewan bank melakukan proses nominasi yang transparan, berdasarkan prestasi dan cepat untuk presiden Bank Dunia berikutnya.

Kepergian David Malpass kemungkinan akan menambah urgensi baru untuk perubahan besar yang sudah berlangsung di Bank Dunia. Ini juga akan memberi Presiden Amerika Serikat saat ini, Joe Biden untuk melantik seorang pemimpin Bank Dunia baru yang masa jabatannya akan berlangsung hingga tahun 2028.

Melansir dari nytimes, selama bertahun-tahun, Bank Dunia telah banyak dikritik karena tidak cukup tanggap terhadap kebutuhan negara-negara yang telah terpukul oleh cuaca yang semakin parah, dan diperparah lagi akibat adanya perubahan iklim, serta model pinjaman yang membebani negara-negara miskin dengan utang yang besar.***

Halaman:

Editor: Dini Novianti Rahayu

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x