Tolak Beri Dukungan Bagi Kesepakatan UEA dan Israel, Pemimpin Iran: Arab Mengkhianati Negara Islam

- 2 September 2020, 15:12 WIB
Ayatollah Ali Khamenei
Ayatollah Ali Khamenei /twitter

PR DEPOK - Usai beberapa waktu lalu beredar informasi yang menyebut Arab Saudi dan negara-negara muslim lainnya menyatakan dukungan terhadap normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UAE) dan Israel, pemimpin Tinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menuding Arab telah mengkhianati dunia islam dan Palestina.

Tudingan tersebut dilayangkan saat Ayatollah Ali Khamenei menyampaikan pidatonya sebagai bentuk tanggapan terhadap kesepakatan UAE dalam menormalisasi hubungannya dengan Israel.

Palestina menyatakan penolakannya terhadap wacana normalisasi tersebut karena dinilai berpotensi melemahkan Arab Saudi dalam membentuk hubungan dengan Israel sebelum Palestina merdeka, seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Al Jazeera.

Seperti diketahui, dukungan negara Arab sebelumnya telah menjadi keuntungan bagi Palestina dari sisi perdamaian yang tengah mati-matian mereka perjuangkan.

Terkait keputusan negara UEA, beberapa warga Palestina melakukan aksi protes dengan membakar bendera negara tersebut sebagai untuk mengekspresikan amarah mereka.

Baca Juga: Soal Rencana Pertamina Hapus Pertalite dan Premium, DPR RI: Tidak Setuju, Rakyat Butuh BBM Murah!

“Tentu saja pengkhianatan UEA tidak akan berlangsung lama, tapi stigma ini akan selalu diingat. Mereka membiarkan rezim zionis masuk ke wilayah tersebut dan melupakan Palestina,” tutur Khamenei pada Selasa, 1 September 2020.

Pemerintahan Iran juga telah melayangkan kritik keras terhadap kesepakatan yang diperantarai oleh Amerika Serikat tersebut.

Beberapa pejabat Iran bahkan memperingatkan bahwa kedekatan yang terjalin antara UEA dan Israel berpotensi menimbulkan risiko kerusuhan yang lebih besar di wilayah Timur Tengah.

Namun, pernyataan Pemimpin Tinggi tersebut dibantah oleh salah seorang pejabat UEA.

“Jalan menuju perdamaian dan kemakmuran bukanlah melalui hasutan dan ujaran kebencian,” tutur Jamal Al-Musharakh yang merupakan pejabat Kementerian Luar Negeri UEA.

Ia menambahkan bahwa retorika semacam itu kontraproduktif bagi perdamaian kawasan tersebut.

Sementara itu, kesepakatan untuk menjalin hubungan antara UEA dan Israel ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan keuntungan ekonomi. Ini adalah akomodasi pertama antara negara Arab dengan Israel dalam 20 tahun terakhir.

Baca Juga: Ledakan Akibat Tabung Gas Karbit Terjadi di Depok, Akibatkan Satu Orang Meninggal Dunia

Warga Palestina sebagian besar kecewa dengan langkah yang diambil UEA. Mereka khawatir bahwa hal ini akan melemahkan keputusan Arab yang sejak dulu menyerukan penarikan Israel dari wilayah Palestina.

Namun, normalisasi hubungan negara Israel dengan negara-negara Arab yang tadinya akan dilakukan setelah Palestina mendapatkan status kemerdekaannya, kini dilakukan UEA sebelum kemerdekaan itu didapat.

Terkait hal ini, Menteri Luar Negeri UEA, Syeikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan, mengirimkan pesan untuk diaspora Palestina pada Senin, 31 Agustus 2020.

Dia terus berupa meyakinkan Palestina agar UEA tetap berkomitmen untuk mendirikan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

“Kami akan terus mendukung perjuangan Palestina yang didasarkan pada pendirian bersejarah kami dengan keyakinan yang berakar dan tak akan tergoyahkan meski dengan pertimbangan apapun,” tutur Sheikh Abdullah.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x